Thursday, February 8, 2018

[Holiday] Samalona Island




Wah, sudah lama gak nulis di blok ini, sibuk sih (sok sibuk). Insyaallah mulai bulan ini aku mau nulis rutin. Minimal sebulan sekali lah. Hahaha....

Mengawali tulisanku di tahun 2018, aku mau cerita tentang liburanku ke Pulau Samalona bulan Desember lalu. Iya, itu tahun lalu, 2017. Udah lama ya? Biarin, karna yang lalu bukan untuk dilupakan, tapi untuk dijadikan pelajaran.

Sebenarnya nih yah, liburan waktu itu aku lagi dalam mood yang tidak stabil. Jangan tanya kenapa, ini masalah perempuan.

Liburan ini sudah direncanakan jauh-jauh hari. Mulai dari menyamakan jadwal, memutuskan hendak melakukan apa, dan akhirnya disepakati bahwa liburan bareng jatuh pada hari Senin tanggal 25 Desember 2017 (tepat tanggal merah) di Pulau Lae-Lae (awalnya), tapi entah karna apa berhaluan ke Pulau Samalona. Dengar-dengar, Lae-Lae terlalu dekat, kurang WOW gitu. Pengennya yang agak jauh. Wah, suka yang jauh-jauh ini orang yan sarankan.

Oh iya, mungkin ada yang belum tahu pulau-pulau yang aku sebutkan di atas ya?


Pulau Lae-Lae dan Samalona adalah salah dua pula di Makassar. Untuk menjangkau kedua pulau itu, kita bisa menyeberang dari dermaga. Waktu itu saya ambil perahu di dermaga  depannya Benteng Roterdam, tidak jauh dari Pantai Losari. Sebelah Utara Pantai Losari.

Untuk ke Pulau Lae-Lae, kita cuma membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit dari dermaga. Sedangkan untuk ke Pulau Samolan, kurang lebih 30 menit untuk sampai di sana.

Waktu diskusi di grup chat, aku sepakatnya ke Pulau Lae-Lae. Aku gak tahu sih bagusan yang mana, soalnya gak pernah pergi ke kedua pulau itu. Yang jadi patokanku jarak tempuh naik perahu. Jujur, aku mabok laut. Pernah aku ke Jawa naik kapal laut. OMG! Selama di kapal aku gak bisa bangun, gak bisa makan. Kalau bangun atau makan pasti muntah. Dan itu gak enak banget. Makanya, liburan ke pulau ini aku pilih yang dekat saja. Tapi ternyata kami pergi ke Pulau Samolana. Ya sudah deh, ngikut guide-nya saja.

Saat kami hendak menyewa perahu, ternyata di situ ada 3 orang turis entah dari negara mana. Turis itu terdiri atas kakek, nenek, dan pemuda yang menurutku sudah bapak-bapak. Tapi entahlah. Kan orang bule, gitu, kelihatan lebih tua dari umurnya karna postur tubuhnya yang tinggi besar. Beda sama orang Asia. Imut-imut menggemaskan, kelihatan lebih muda dari usia aslinya. Kayak aku. *eh. Hahaha...

Kami langsung disuruh terjemahkan bahasa mereka karna kebetulan orang di situ tidak ada yang tahu bahasa mereka. Untung pake bahasa Inggris, kalau bahasa alien pasti gak ada yang ngerti.

Bla...Bla...Bla... Si Bule ngomong sama salah satu seniorku yang sudah pernah ikut tes TOEFL. Aku mendengarkan. Belajar memahami yang Si Bule ucapkan. Pengucapannya jelas karna dia pelan-pelan dalam mengucapkannya. Intinya, Si Bule mau ke Samalona kayak kami, dan dia gak mau bermalam.

“Oh, PP!” seru seniorku yang lain. PP adalah singkatan Pergi-Pulang, tidak menginap.

Sementara Si Bule menyampaikan isi hatinya (ealah, ini bahasa apa sih?) dan bertanya tentang pembayaran, datanglah sang pawang. Eh, maksudku, pemilik perahu yang ngerti bahasa Inggris. Lalu, Si Bule pindah ke lain hati, dia mencampakkan seniorku dan ngobrol sama Sang Pawang (makin ngelantur).

Okey, kita tinggalkan Si Bule. Kami serombongan akhirnya naik perahu. Pas aku injakkan kakiku di perahu, aku sempat deg-deg ser. Takut kalau nanti muntah. Tak lupa aku mengucapkan doa agar tidak muntah.

Aku minta posisi paling pinggir. Supaya kalau aku muntah, bisa langsung ku keluarkan di laut.

Saat semua sudah naik, dan perahu melaju, perasaanku masih aman. Tidak ada rasa mual atau pusing. Alhamdulillah. Oh iya, kami sempat baku (saling) lomba sama perahu yang dinaiki si Bule.

Beberapa saat kemudian, kami tiba di Pulau Samalona.

Rasanya gimana, gitu. Soalnya aku pikir liburan ke pulau hari itu gak bakal jadi. Selama masuk bulan Desember, di Makassar hujan terus. Bahkan waktu pertengahan bulan, hujan turun setiap hari. Tapi, suatu anugrah saat hari Senin, 25 Desember 2017 tidak turun hujan. Malahan terang benderang, cerah sekaliiii.... Mungkin ini namanya rencana yang diRidhoi.

Aku gak tahu bagaimana Samalona biasanya. Hari itu, air laut di sekitar pulau berwarna hijau, kayak berlumut. Masa’ laut berlumut? Emangnya kolam? Mungkin karna pengaruh cuaca kali, ya.

Kalau ditanya soal pemandangannya... Ehmm... Begini, setiap aku pergi ke pantai, pasti yang aku lihat itu air lautnya, mulai dari warna hingga kejernihannya. Nah, kebetulan pas aku datang ke pulau Samolan, airnya berwarna hijau dan gak terlalu jernih. Tapi ini tempat yang bagus untuk melihat sunset, tempat yang tenang untuk merilekskan diri dari kepenatan kota, tempat yang asyik untuk liburan bersama.

Di sini , kita bisa menyewa jet sky. Oh, alat snorkelling  juga bisa disewa di sini. Tapi kami cukup menyewa bale-bale saja, mengingat budget  yang pas-pasan.

Bagi kalian yang suka cekrek-cekrek, ada spot  foto bagus. Contoh:







Atau kalian bisa menunggu matahari terbenam. Tapi sayang, kami gak bisa lihat itu, soalnya perahu kami sudah datang pukul 5 sore. Okey, cukup memuaskan kok. Mandi-mandi (yang laki-lakinya saja. Perempuannya takut jadi putri duyung kalau kena air. Haha...), dan mengubur orang di pasir.




Inti liburan adalah kebersamaan.


Kalau kalian mau melihat keseruan kami di Pulau Samalona, kalian bisa lihat video ini. Tapi, ingat, ada efek samping jika kalian melihat video ini. Efek sampingnya adalah.... kuota Anda akan berkurang, kecuali Anda pake wifi atau yang gratisan lainnya.


No comments:

Post a Comment