Thursday, November 7, 2019

[Cerbung] Kita Berbeda part 11

   

         Jam 8 tepat Rafael telah ada di butik Annisa.

           Butik masih sepi karena belum dibuka.


            “Aku kecepeten ya?”

         “Gak apa-apa. Kamu bisa ambil gambar sekarang, dan tanya-jawabnya nanti kalau mamaku udah datang.” Annisa mempersilakan Rafael untuk mengambil gambar baju-baju muslimah yang terpajang di butik itu.

            Rafael memperhatikan semua baju-baju itu.

Beberapa menit berlalu, Rafael masih belum juga mengambil gambar.

“Kenapa?” tanya Annisa resah.

“Enggak, cuman lagi mikir aja. Kayaknya lebih bagus kalau ada model,” jawab Rafael.

“Model?”

“Iya, tapi pasti mahal kalau harus bayar model, sedangkan perusahaan cuma kasih modal dikit.”

Rafael memandang Annsia dari atas sampai bawah, membuat Annisa  mundur selangkah sambil mengerutkan kening.

“Jangan-jangan kamu mikir kalau aku yang harus jadi modelnya?” tebak Annisa.

“Kamu bilang mau bantu aku.”

Akhirnya Annisa menuruti permintaan Rafael untuk menjadi modelnya.

Rafael yang menyukai foto natural mengajak Annisa ke pinggir pantai. Mereka melakukan pemotretan di sana. Mereka tak hanya melakukan sekali take foto, tapi beberapa kali. Dan Annisa pun beberapa kali berganti pakaian.

“Coba lihat hasilnya. Jangan-jangan gak bagus. Aku kan gak perah dijadikan model,” ujar Annisa setelah pemotretan usai.

“Enggak kok, bagus.” Rafael memperlihatkan hasil fotonya.

“Iya, bagus. Ini kan karena fotografernya yang hebat,” puji Annisa saat melihat hasil jepretan Rafael.

“Setelah ini kita ambil gambar apa lagi?” tanya Rafael.

Annisa berpikir sejenak.

“Gimana kalau kita ke pesantren. Kamu bisa ambil banyak gambar di sana,” tawar Annisa.

“Boleh juga.”

Berhubung hari belum gelap, Rafael dan Annisa pergi ke pesantren hari itu juga.

Setibanya di pesantren, mereka meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik pesantren, pak Haji Umar. Berhubung pesantren dibagi dua, yaitu adam dan hawa, maka Rafael mengambil gambar di pesantren adam, dan Annisa juga turut membantu mengambil gambar di pesantren hawa.

“Assalamu’alaikum, Pak Haji.” Seseorang datang memberi salam.

“Wa’alaikum salam. Kebetulan kamu datang, Za. Ini ada orang dari majalah mau meliput pesantren kita. Bisa kamu tolong temani dia keliling?”

“Bisa, Pak Haji,” jawabnya, kemudian mengulurkan tangan pada Rafael. “Perkenalkan, saya Reza.”

Ya! Orang itu adalah Reza. Sesekali dia datang ke pesantren pamannya itu untuk membantu atau sekedar menyapa anak-anak santri.

“Saya Rafael.” Rafael membalas uluran tangan Reza.

Setelah pamit dengan pak haji Umar, mereka pergi berkeliling pesantren adam. Tak berbeda dengan Annisa yang berada di pesantren hawa bersama dengan seorang santri putri, Reza menjelaskan segala hal yang bisa dijelaskan tentang pesantren itu. Reza juga menjelaskan semua jadwal di pesantren.

Annisa selesai lebih awal daripada Rafael. Annisa menunggu Rafael di depan pesantren adam.

“Annisa?! Udah nunggu dari tadi?”

Akhirnya orang yang ditunggu selesai juga.

“Enggak juga kok,” jawab Annisa.

“Eh, perkenalkan ini Reza. Dia yang bantu aku menerangkan tentang pesantren ini.” Rafael memperkenalkan Reza yang ada di sampingnya.

“Assalamu’alaikum, saya Annisa.”

“Wa’alaikum salam. Reza,” sahut Reza dengan sedikit bengong. Dia tahu gadis di depannya. *masih ingat part 1 kan?*. Pertama kali melihatnya, Annisa tidak memakai jilbab. Tapi, Reza masih ingat dengan jelas wajah Annisa.

“Kalau begitu, kami pamit dulu. Terimakasih atas bantuannya,” ucap Rafael.

* * *

~Bersambung~

No comments:

Post a Comment