Thursday, October 3, 2019

[Cerbung] Kita Berbeda part 10



Dosen selesai menyampaikan materi. Mahasiswa/mahasiswi berhambur keluar kelas. Bisma sengaja tidak buru-buru keluar sebelum Annisa juga keluar. Saat Annisa meninggalkan kelas, Bisma mengikutinya. Sebenarnya dia ingin bicara dengan Annisa, tapi Rafael ada di sampingnya.

            “Kamu gak pulang sekarang?” tanya Rafael pada Annisa.


            “Aku masih nunggu Dicky,” jawab Annisa.

            “Oh, ya udah. Aku duluan ya. Besok tunggu aku di butik mama kamu.”

            “Ok!”

            Rafael pun pergi setelah mengucapkan selamat tinggal. Sedetik kemudian, Dicky datang.

            “Nis, kamu udah mau pulang ya? Aduh, aku masih ada satu mata kuliah lagi nih,” ucap Dicky sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

            “Santai aja, Dic. Aku gak buru-buru mau pulang kok. Aku mau ke perpust dulu. Aku tunggu kamu di sana ya.”

            Annisa dan Dicky berpisah di situ. Annisa pergi ke perpustakaan, dan Dicky pergi ke kelasnya.

            “Annisa!” panggil seseorang saat Annisa hendak masuk ke dalam perpustakaan.

            Annisa membalikkan badannya.

            “Bisma?”

            “Sorry , tadi aku denger pembicaraanmu sama…” Bisma mengaruk dagunya. “Siapa tadi yang bicara sama kamu? Pacar kamu?”

            Annisa tertawa kecil. “Pasti orang-orang suka salah paham terhadap hubunganku dengan Dicky.”

            “Jadi namanya Dicky? Dia bukan pacar kamu?”

            “Dicky itu sepupuku,” terang Annisa.

            “Ooo… Sepupu.” Bisma mengangguk-angguk.

“Sebenarnya kamu mau pulang, kan? Mau aku antar?” tawar Bisma.

            “Terimakasih, tapi gak usah. Aku mau tunggu sepupu-ku aja,” tolak Annisa lembut.

            “Gak perlu takut, aku bukan orang jahat kok.” Bisma masih berusaha mengantar Annisa pulang.

            “Bisma, aku…”

            “Iya deh iya,” potong Bisma. “Gak apa-apa kalau kamu gak mau aku antar pulang dari pada ntar aku gak bisa jadi temen kamu lagi.”

            Annisa tertawa kecil mendengarnya.
            “Eit,” seseorang tiba-tiba datang dan membuka kacamata Bisma. Orang itu bernama Bobby, pendukung Bisma dibalapan. “Ternyata beneran lo, Bis. Gue cariin kemana-mana tau. Lho, mata lo kenapa?”

            “Mata??!” Bisma berusaha menyembunyikan lebamnya, tapi Annisa terlanjur melihatnya.

            “Matamu kenapa, Bis?” tanya Annisa khawatir.

            “Ini…Anu…Jatuh… ya jatuh kepleset di kamar mandi,” jawab Bisma gugup.

            “Hwahaha… Pembalap, jago ber… emm..emm.”

            Bisma mendekap mulut Bobby.

            “Annisa, gue pergi dulu ya.” Bisma menarik Bobby menjauh dari Annisa.

            Setelah Bisma dan Bobby menjauh dari Annisa, Bisma melepaskan Bobby.

            “Apa-apaan sih lo,” protes Bobby. “O…gue tau. Lo lagi pedekate kan sama cewek tadi?”

            “Diem lo!” bentak Bisma yang membuat Bobby menciut. “Lagian ngapain sih lo kesini?”

            “Gue kesini tuh mau kasih kabar gembira. Ntar malem, ada balapan yang hadiahnya gede. Lo ikutan ya? “

            “Ntar gue pikirin,” jawab Bisma jutek.
* * *

No comments:

Post a Comment