Saturday, April 7, 2018

[Cerbung] Kita Berbeda part 4



Rafael memotret suasana jalanan Jakarta pagi itu yang masih lenggang. Banyak gambar yang dia ambil pagi ini. Dia melihat jam tangannya sebelum pergi.


          Di kantor, Rafael memberikan USB kepada rekan kerjanya.

          “Eh, lo udah lihat bos baru kita?” tanya rekan kerjanya.

          “Belum,” geleng Rafael.

          “Pokoknya lo harus hati-hati sama dia. Bos kita yang sekarang jauh berbeda dengan bos kita dulu. Jangan sampai lo bantah kata-katanya,” terang rekan kerjanya itu menasehati.

          “Iya.” Rafael mengangguk pelan.

“Ya udah, gue mau pergi kuliah,” pamit Rafael.

* * *

          Annisa memasuki kelas. Dia resmi pindah jurusan sekarang. Tidak ada seorang pun yang dia kenal di sini. Kenalannya di kampus ini memang tidak banyak. Sepertinya orang yang dia kenal hanya temannya dijurusan seni.

          Tepat saat Annisa duduk, dosen memasuki kelas. Di belakang dosen ada seorang pemuda bermata sipit berjalan terburu. Pemuda itu duduk di samping Annisa. Baru saja Annisa hendak memberikan senyum padanya, tapi dia tidak meliriknya sedikit pun. Annisa tidak kesal. Itu wajar bagi orang yang hampir saja terlambat.

          Usai mata kuliah, mahasiswa dan mahasisiwi berhambur keluar kelas. Begitupun dengan Annisa. Pemuda di sampingnya berjalan mendahuluinya. Tanpa dia sadari, dia telah menjatuhkan barangnya. Annisa mengambil barang itu. Sebuah foto pemandangan. Segera Annisa mengejar dia.

          “Maaf.” Annisa menepuk pundak pemuda itu.

          Pemuda itu berbalik.

          “Ini milikmu, tadi jatuh.” Annisa menyodorkan foto yang dia temukan tadi.

          “Ah, iya. Kok bisa jatuh sih?” Pemuda itu mengambil foto itu. “Makasih ya.”

          “Sama-sama.” Annisa tersenyum. “Aku Annisa. Pindahan dari jurusan seni.” Annisa memperkenalkan diri

          “Pantesan aku gak pernah lihat kamu sebelumnya di kelas. Aku Rafael.” Pemuda yang ternyata bernama Rafael membalas perkenalan itu. “Kamu mau ke kantin, gak?” ajak Rafael.

          “Aku juga niatnya mau ke kantin.”

* * *

          Pukul sepuluh tepat Bisma baru bangun. Dengan setengah sadar, dia turun menuju dapur. Seperti biasa, ada makanan, uang, dan kertas yang kalimatnya tidak pernah berubah. Bisma melahap makanan itu tanpa membuka matanya lebar-lebar. Sebenarnya dia ada jadwal kuliah hari ini, tapi dia malas. Entah sudah berapa hari dia meninggalkan kuliahnya. Toh juga orang tuanya gak perduli.

* * *

No comments:

Post a Comment