Dosen
selesai menyampaikan materi. Mahasiswa/mahasiswi berhambur keluar kelas.
Bisma sengaja tidak buru-buru keluar sebelum Annisa juga keluar. Saat Annisa
meninggalkan kelas, Bisma mengikutinya. Sebenarnya dia ingin bicara dengan
Annisa, tapi Rafael ada di sampingnya.
“Kamu gak pulang sekarang?” tanya
Rafael pada Annisa.
“Aku masih nunggu Dicky,” jawab
Annisa.
“Oh, ya udah. Aku duluan ya. Besok
tunggu aku di butik mama kamu.”
“Ok!”
Rafael pun pergi setelah mengucapkan
selamat tinggal. Sedetik kemudian, Dicky datang.
“Nis, kamu udah mau pulang ya? Aduh,
aku masih ada satu mata kuliah lagi nih,” ucap Dicky sambil menggaruk
tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.
“Santai aja, Dic. Aku gak buru-buru
mau pulang kok. Aku mau ke perpust dulu. Aku tunggu kamu di sana ya.”
Annisa dan Dicky berpisah di situ.
Annisa pergi ke perpustakaan, dan Dicky pergi ke kelasnya.
“Annisa!” panggil seseorang saat
Annisa hendak masuk ke dalam perpustakaan.
Annisa membalikkan badannya.
“Bisma?”
“Sorry , tadi aku denger
pembicaraanmu sama…” Bisma mengaruk dagunya. “Siapa tadi yang bicara sama kamu?
Pacar kamu?”
Annisa tertawa kecil. “Pasti
orang-orang suka salah paham terhadap hubunganku dengan Dicky.”
“Jadi namanya Dicky? Dia bukan pacar
kamu?”
“Dicky itu sepupuku,” terang Annisa.
“Ooo… Sepupu.” Bisma mengangguk-angguk.
“Sebenarnya kamu mau pulang, kan? Mau aku antar?”
tawar Bisma.
“Terimakasih, tapi gak usah. Aku mau
tunggu sepupu-ku aja,” tolak Annisa lembut.
“Gak perlu takut, aku bukan orang
jahat kok.” Bisma masih berusaha mengantar Annisa pulang.
“Bisma, aku…”
“Iya deh iya,” potong Bisma. “Gak
apa-apa kalau kamu gak mau aku antar pulang dari pada ntar aku gak bisa jadi
temen kamu lagi.”
Annisa tertawa kecil mendengarnya.
“Eit,” seseorang tiba-tiba datang
dan membuka kacamata Bisma. Orang itu bernama Bobby, pendukung Bisma dibalapan.
“Ternyata beneran lo, Bis. Gue cariin kemana-mana tau. Lho, mata lo kenapa?”
“Mata??!” Bisma berusaha
menyembunyikan lebamnya, tapi Annisa terlanjur melihatnya.
“Matamu kenapa, Bis?” tanya Annisa
khawatir.
“Ini…Anu…Jatuh… ya jatuh kepleset di
kamar mandi,” jawab Bisma gugup.
“Hwahaha… Pembalap, jago ber…
emm..emm.”
Bisma mendekap mulut Bobby.
“Annisa, gue pergi dulu ya.” Bisma
menarik Bobby menjauh dari Annisa.
Setelah Bisma dan Bobby menjauh dari
Annisa, Bisma melepaskan Bobby.
“Apa-apaan sih lo,” protes Bobby.
“O…gue tau. Lo lagi pedekate kan sama cewek tadi?”
“Diem lo!” bentak Bisma yang membuat
Bobby menciut. “Lagian ngapain sih lo kesini?”
“Gue kesini tuh mau kasih kabar
gembira. Ntar malem, ada balapan yang hadiahnya gede. Lo ikutan ya? “
“Ntar gue pikirin,” jawab Bisma
jutek.
* * *
No comments:
Post a Comment