Wednesday, August 23, 2017

[Cerbung] Kita Berbeda part 3



          Annisa dan Rosa duduk di taman kampus. Terlihat Rosa sedang meminum ice tea-nya, sedangkan Annisa sibuk membolak-balik kertas yang dia pegang.


          “Apa itu, Nis?” tanya Rosa. Kepalanya mendongak  ingin melihat tulisan di kertas itu.

          “Ini…" Annisa mengangkat sedikit kertas yang dia pegang. "Untuk pindah jurusan,” terangnya. Matanya masih fokus dengan apa yang dia pegang.

          “Lo jadi pindah jurusan?!” pekik Rosa.

          Annisa mengangguk. Matanya memandang Rosa. “Lo kan tahu, gue gak tahu soal seni. Gue aja heran kenapa gue bisa masuk seni. Tapi, sekarang gue udah nemuin tujuan gue. Akuntansi.”

          “Yaah, jadi gak ada lagi yang bisa gue manfaatin pas gue ketinggalan materi gara-gara tidur di kelas dong,” ujarnya sambil manyun.

          “Makanya, jangan tidur di kelas. Gunakan waktu sebaik mungkin,” tutur Annisa.
          “Iya, iya, Nona Cantik.” Kembali Rosa menyeruput ice tea-nya.

          “Eh, ada juga lho yang mau pindah ke jurusan seni,” ucap Rosa setalah hening sejenak.

          “Bagus dong. Jadi ada pengganti gue,” sahut Annisa.

          “Denger-denger sih cowok. Semoga aja ganteng.” Rosa mulai menerawang dengan wajah berseri.

* * *

          Suara deru motor saling bersahut-sahutan. Empat motor sport berjajar. Orang dibalik kemudi terus mengegas motor mereka. Seorang perempuan cantik berpakaian mini berada di depan mereka. Saat perempuan itu menjatuhkan kain, empat motor sport itu melaju dengan kencang menembus jalanan gelap nan sepi. Hanya lampu motor yang  menerangi jalanan.

          Saat salah satu motor hampir mendekati finish, penonton semakin bersorak-sorai.

          “Bisma! Bisma! Bisma!” teriak mereka menyemangati Bisma yang sudah mendekati finish.

          Dan tepat saat Bisma melewati finish, penonton berteriak kegirangang. Bisma adalah bintangnya balapan. Tidak pernah sekalipun dia kalah.

          “Gua salut sama lo. Ini.” Laki-laki berambut kribo memberikan sebuah amplop berisi uang kepada Bisma.

          Teman Bisma memberikan selamat dan tentunya meminta traktiran.

          “Selamat, Bro. Traktir lagi ya.”

        Bisma pun mentarktrik teman-temannya ke sebuah diskotik. Walaupun dia menang, tapi ekspresinya biasa-biasa saja, bahkan terkesan cuek. Wajar saja, sebenarnya dia tidak begitu suka dengan balapan. Terlebih balapan liar seperti yang dia lakukan. Dia melakukan itu hanya untuk pelampiasan. Dia tidak suka berada di rumah dengan orang tua yang sama sekali tidak memperhatikannya.

          “Hai, Bisma. Dansa yuk!” ajak seorang perempuan yang terlihat mulai mabuk.

          “Dansa aja sendiri,” ucap Bisma cuek.

          Dengan mendengus, perempuan itu meninggalkan Bisma.

        “Bisma, Bisma, setiap datang cuma duduk di sini aja. Gak kasian apa sama cewek-cewek yang ngajakin lo dansa?” ujar penjaga bar sambil menuangkan segelas wine.

          Bisma melirik penjaga bar itu, lalu dia berdiri. “Gue udah bayar semua, kan? Gue pergi.” Bisma beranjak keluar dari diskotik.

          Bisma berhenti di depan pintu diskotik. Dia memperhatikan sekeliling. Tampaknya dia tidak suka melihat orang-orang yang melakukan hal senonoh tanpa tau malu di sana. Dia teringat sesuatu.

-- FLASHBACK ON—
          Bisma keluar dari diskotik sendirian. Dia habis mentraktir teman-temannya karena dia menang balapan. Tiba-tiba dia mendengar suara seseorang meminta tolong. Dia menengok ke asal suara, sebelah selatan. Dilihatnya seorang perempuan yang terpojok di samping mobil dengan dikelilingi oleh lima pria b*jing*n.

Melihat seseorang yang dalam bahaya, Bisma segera menghampirinya. Tapi, belum sempat dia melangkahkan kaki, seorang pemuda bertubuh kecil menghajar seorang pria yang hendak menyentuh perempuan itu.

“MAU APA LO, HAH?! CARI CEWEK LAIN NOH DI DALAM!” pemuda itu membentak pria-pria b*jing*n itu.

Pria-pria itu malah menertawakannya, kemudian berkata, “Gue lepasin lo sekarang, tapi kalau kita ketemu lagi, gue gak segan-segan untuk balas ini,” ancam pria yang mulutnya berdarah karena ditinju pemuda itu.

Setelah itu, para pria itu pergi.

Bisma sedikit kecewa karena dia terlambat menolong gadis itu. Tapi dia juga bersyukur karena ada yang menolong, setidaknya dia tidak terlambat.
-- FLASHBACK OFF—

          “Siapa lo? Apa kita bisa ketemu?” desah Bisma mengenang kejadian tiga tahun silam.
* * *

No comments:

Post a Comment