Friday, May 15, 2015

Sinopsis EXO Next Door episode 12




“Apa ini… Chanyeol?”

“Chanyeol,” kata Sehun bersamaan dengan D.O saat menyebut nama Chanyeol.



“Aaaaa…!” Chanyeol berteriak tertahan sambil menutup wajahnya.
“Ada apa?” tanya Baek Hyun terkejut lalu menghentikan aktivitas menulisnya. Chanyeol mengatakan bahwa dia sedang kacau. Baek Hyun bertanya apa maksudnya.



“Apa kau…” Baek Hyun mulai menebak yang bukan-bukan, tapi ucapannya terpotong oleh Chanyeol.
“Aku tidak bisa berpikir tentang melodi merdu,” kata Chanyeol.
“Kau membuatku takut,” desah Baek Hyun. Lalu dia kembali menulis.
“Baek Hyun, kenapa kau tidak mencari penulis yang lain?” tanya Chanyeol menyarankan.
“Jangan bodoh. Aku terlalu khawatir tentang Suho sekarang,” kata Baek Hyun. Chanyeol bertanya keadaan Suho. Baek Hyun menjawab bahwa keadaan Suho memburuk di rumah sakit. Dia tertekan.
Chanyeol Nampak sedih. Dia menyesal karena keadaan Suho sekarang disebabkan olehnya. Dia pun berdiri dan mulai mencari apa yang dia cari, tujuan dia pergi ke rumah kakeknya lagi.


Sementara itu, Sehun dan D.O masih berdiskusi tentang foto itu. Sehun yakin 100% bahwa anak laki-laki di foto itu adalah Chanyeol. Dia harus mencari tahu kebenarannya. Lalu, Chanyeol datang untuk minum.
“Apa yang kau lihat?” tanya Chanyeol menyadari kedua temannya itu menatapnya aneh. Sehun dan D.O tak menjawab. Mereka hanya sedikit mengalihkan pandangan.
“Apa?!” tanya Chanyeol membentak. Kemudian dia pergi.


Saat Chanyeol pergi, Sehun dan D.O melihat ke foto itu sebentar, lalu sama-sama berkata bukan. Bukan dia.


“Kakek, aku sedang melakukannya. Kenapa aku di tempat yang sama?” keluh Yeon Hee sambil berlari. Kelihatannya dia hanya berlari di tempat.
“Aku tidak akan pernah melepaskan tanganku,” jawab kakek itu yang ternyata adalah kakek Chanyeol. Tapi, tubuh kakek Chanyeol berkali-kali lebih besar dari pada Yeon Hee. Yeon Hee berlari-lari di telapak tangan kakek Chanyeol tanpa berpindah tempat. Dia memohon pada kakek untuk membiarkannya pergi. Kakek Chanyeol mengatakan dia akan membiarkan Yeon Hee pergi jika Yeon Hee menjawabnya dengan benar.
“Menjawab apa?” tanya Yeon Hee masih terus berlari.
“Rudolph adalah rusa si hidung merah. Apa itu merah?” tanya kakek Chanyeol. Yeon Hee menjawab apel. Jawaban itu salah.
“Hyuna,” jawab Yeon Hee lagi. Kakek Chanyeol mengerutkan kening lalu menggeleng sambil berdecak. Artinya jawaban Yeon Hee salah lagi.
“Kakek, berapa lama lagi aku seperti ini?” tanya Yeon Hee berharap selesai. Kakek Chanyeol menjawab Yeon Hee akan seperti itu sampai dia ingat. Tapi Yeon Hee bingung. Dia benar-benar tidak tahu maksud kakek Chanyeol.
“Kumohon, kakek.”

Tiba-tiba Yeon Hee jatuh dari tempat tidurnya.

“Kakek?” kata Yeon Hee membuka matanya. Ibunya sudah ada di situ dan mengomelinya. Ibu Yeon Hee berkata apa Yeon Hee tidak mengenali ibunya sendiri. Yeon Hee mengucek matanya, lalu sadar bahwa dihadapannya adalah ibunya. Yeon Hee menjelaskan bahwa kakek Chan ada di dalam mimpinya karena dia selalu pergi ke rumah sebelah.

Chanyeol mulai mencari ulang di ruang tengah. Dia membuka semua laci dan lemari. Mencari dibalik buku-buku. Semua sisi di ruangan itu ditelusurinya. Tapi dia tak menemukan apapun.

Karena terlalu lama mencari, dia merasa gerah. Jadi dia membuka sweater-nya dan menggunakannya di tiang. Karena beratnya sweater itu, gagang tiang gantungan itu jadi turun, lalu lemari di situ bergeser.


Terlihat sebuah ruangan rahasia. Chanyeol terkejut. Perlahan dia masuk ke dalam. Banyak barang-barang di dalam. Dan seperti ruangan yang tak pernah dipakai pada umumnya, barang-barang di situ penuh dengan debu. Chanyeol berjalan melewati lorong itu, lalu dia menemukan sebuah ruangan. Gelap, tapi untungnya lampu masih dapat berfungsi saat Chanyeol menyalakannya. Ruangan itu seperti yang ada di foto Chanyeol dan kakeknya.


Yeon Hee baru saja mengambil pakaian kotor untuk di cuci. Saat dia melewati ruang tengah, dia berhenti sebentar untuk merapikan bantal. Tak sengaja dia melihat foto kecilnya tergeletak di situ.

“Ini fotoku,” pekik Yeon Hee. Seketika dia menyembunyikan fotonya dibalik punggunggnya.

“Kenapa ini di sini?” tanyanya khawatir. Lalu dia memperhatikan foto itu lagi. “Mungkin… Tidak, aku yakin,” kata Yeon Hee curiga. “Pasti Kwang Soo yang melakukan ini,” kesalnya.


Lalu dia mengangkat kembali bak cuciannya, dan melihat sweater Chanyeol tergantung. Dia pun mendekat untuk mengambil sweater itu karena mengiranya pakaian kotor. Saat dia sudah dekat, dia melihat sebuah ruangan  lain. Sambil mengambil sweater itu, dia masuk ke dalam ruangan. Tanpa dia sadari, lemari itu kembali bergeser dan menutup.

Saat terdengar bunyi ‘Brakk’, Yeon Hee baru terlonjak kareka terkejut.

“Siapa itu?” tanya Chanyeol dari dalam. Segera Yeon Hee bersembunyi dengan bak cucian menutupi kepalanya. Tapi tentu saja Chanyeol tahu. Dia mengetuk-ketuk bak cucian itu, tapi Yeon Hee tak bergeming. Chanyeol menyakan akan berapa lama dia seperti itu. Barulah Yeon Hee membuka bak cucian itu. Dia mengulurkan tangan untuk meminta tolong pada Chanyeol agar membantunya berdiri. Tapi Chanyeol malah bersikap acuh.

“Tempat apa ini?” tanya Yeon Hee takjub saat masuk kedalam ruangan. Chanyeol menjawab bahwa itu bukan urusannya. Yeon Hee mendengus kesal.

Lalu Yeon Hee menatap Chanyeol. Walaupun Chanyeol tak menghadap kearah Yeon Hee, tapi dia dapat melihatnya dari samping. Makanya dia bertanya apa Yeon Hee menatapnya.
“Jangan bodoh,” elak Yeon Hee. Chanyeol hanya tersenyum.
“Ini pasti tempat persembunyian kakek,” kata Yeon Hee. Chanyeol menatapnya. Yeon Hee menjelaskan bahwa dulu kakek tinggal di situ. “Kenapa kakek tidak pernah memberitahumu tempat ini? Ini tempat yang bagus untuk petak umpet.”
“Jadi kau sudah menyelinap ke sini sejak kecil?” tanya Chanyeol menggoda. Yeon Hee hanya memasang muka jutek.

Lalu tak sengaja Yeon Hee melihat mainan lompat tali berwarna pink. Dia menjelaskan bahwa temannya tinggal di sini waktu kecil. “Saat wajahku memerah…” Tiba-tiba Yeon Hee berhenti berbicara. Chanyeol mengatakan bahwa dia tahu tentang itu. Chanyeol bisa melihatnya dari jarak 100 m.
“Ngomong-ngomong, sesekali wajahmu memerah. Dia memberiku ini padaku. Dia menyruhku untuk lompat tali. Jadi aku bisa memberitahu teman-temanku kenapa wajahku merah,” terang Yeon Hee menceritakan masa kecilnya yang Chanyeol juga tahu.
“Waktu itu dia berumur 6 tahun,” kata Chanyeol sambil tersenyum bangga.
“Bagaimana kau tahu dia berumur 6 tahun?” tanya Yeon Hee terkejut.
“Menurutmu dari mana aku tahu?” tanya Chanyeol balik. Tapi Yeon Hee malah mengatakan dia terdengar kekanak-kanakan. Persis seperti anak TK.
“Lupakan itu. Apa yang aku tunggu?” kesal Chanyeol. Lalu dia mengajak keluar.

Chanyeol berjalan di depan, sedangkan Yeon Hee terlihat sangat suka dengan tempat itu, jadi dia berjalan agak lamban sambil melihat benda-benda di situ.

Tiba-tiba Chanyeol berjalan cepat menghampirinya dengan wajah emosi.
“Kenapa?” tanya Yeon Hee panik. Spontan dia langsung mundur. Chanyeol bertanya apa Yeon Hee menutup pintu.

“Mungkin,” katanya dengan agak ragu. Tapi kemudian dia berkata dengan tegas bahwa itu tertutup sendiri. “Apa kau punya kunci?” tanya Yeon Hee karena Yeon Hee pikir Chanyeol punya kunci pintu itu.
Chanyeol bertanya dengan marah kenapa Yeon Hee membawa sweater­-nya ke sini. Yeon Hee mengatakan dia kira itu untuk dicuci.
Chanyeol berbalik. Dia lalu memberikan tangannya. Kemudian Yeon Hee memegang tangan Chanyeol. Tapi Chanyeol malah melepasnya dan bertanya apa yang dia lakukan. Ternyata Chanyeol meminta ponsel Yeon Hee, bukan tangan Yeon Hee. Tapi, sialnya, Yeon Hee melupakan ponselnya.


Chanyeol memukulkan kepalanya ke dinding. Dia benar-benar kesal. Yeon Hee meminta maaf. Mereka berdua berteriak memanggil orang rumah, tapi tidak ada yang mendengarnya sampai malam menjelang.


Tentu saja tidak ada yang mendengarnya. Hari itu, tidak ada seorang pun yang pergi ke situ. Di samping itu, Sehun dan Baek Hyun sibuk bermain game dengan heboh.

Sedangkan orang di rumah Yeon Hee, mereka tertidur di depan TV.

Alhasil, Chanyeol dan Yeon Hee terkurung di situ. Yeon Hee mengeluh karena tidak ada pemanas. Dia merasa kedinginan. Sedangkan Chanyeol, dia menyelimuti tubuhnya dengan sweater­-nya dan pakaian yang di bawa Yeon Hee tadi.
“Mendekatlah,” suruh Chanyeol.
“Apa?”
“Mendekat!” Chanyeol menarik Yeon Hee agar mendekat, lalu dia menggunakan Sweater­-nya bersama sambil mengatakan ini keadaan darurat.


Hanya berdua di ruangan itu, mereka merasa canggung.
“Sial. Hei, kau penipu,” kata Baek Hyun berdiri dari duduknya. “Dengar. Aku…”


No comments:

Post a Comment