Tuesday, September 11, 2018

Sinopsis A Teen episode 4


“Aku Harap Hari Ini adalah Hari yang Damai. Itu Tidak Akan Berhasil dengan Cara Lain”






Di ruang kelas, guru sedang menyampaikan kisi-kisi ujian bahasa Inggris. Beberapa murid ada yang memperhatikan, tapi tak sedikit juga yang sibuk dengan dunianya sendiri, seperti menggambar, tidur, melamun, dan lain-lain.


Kali ini Doha memperhatikan. Ya, memperhatikan teman-temannya. Lebih tepatnya mengamati. Dia bahkan berpikir, semua hal menyenangkan kecuali belajar.

Kimha masih seperti biasa, mencatat setiap yang diucapkan guru.



 Ki Hyun bertanya pada Ha Min bagaiman dia bisa menuliskan apa yang ada di bukunya. Ha Min menjawab karena dia belajar.

“Tapi guru menunjukkan hal yang lain lagi.” Ki Hyun mencoba protes dengan ekspresi malas belajar.

“Hmm... Karena aku memperhatikan dengan saksama.”

“Dasar sombong,” umpat Ki Hyun kesal.


Sepulang sekolah, Doha, Bo Ram, dan Ki Hyun belajar bersama di perpustakaan. Tapi, Ki Hyun tak terlihat belajar, dia sibuk memainkan HP-nya. Pasti main game.


Bo Ram yang mulai mengantuk mencoba menghilangkan kantuknya dengan menggoyangkan polpennya di depan matanya. Tapi tetap saja, dia menguap. Okay, dia tidak sanggup lagi. Tak ingin memaksakan, dia mengemasi buku dan alat tulisnya.

“Apa kau tidak belajar hari ini?” tanya Doha yang dari tadi terlihat yang paling serius belajar.

Bo Ram menjawab kalau dia akan belajar setelah bermain game sebentar. Dia mengajak teman seperjuangannya, Ki Hyun, kawan yang juga menyukai game. Mereka berdua pun pergi ke tempat bermain game meninggalkan Doha.



Doha mendengus kecewa. Lalu, dibuka HP-nya, membaca ulang chat-nya dengan Ha Min.

Ha Min : apa kau belajar dengan rajin?

Do Ha Na : Tidak. Aku seharusnya pergi ke perpustakaan bersamamu.


Doha tersenyum membacanya. Dia lalu melanjutkan belajarnya. Ah, tidak. Rupanya dia sedang menggambari buku paketnya menggunakan polpen.

“ Hari ini aku ingin belajar tanpa cemas,”
ucap Doha dalam hati.


“Ha Na.” Tiba-tiba seseorang memanggilnya lirih. Doha menoleh ke kanan, didapatinya Ha Min yang sedang duduk di sampingnya.

Doha terkejut.

“Kau bilang pergi ke perpustakaan.”

Ha Min menjawab kalau dia hanya mampir setelah les. “Apa kau mau belajar bersama?”

“Aku ingin fokus belajar,” jawab Doha dalam hati.

“Halaman berapa yang kau pelajari?” tanya Ha Min seraya melihat buku yang ada di hadapan Doha.
Doha menggeser bukunya agar Ha Min dapat melihatnya dengan mudah. Dia menunjukkan salah satu bagian yang tidak dipahaminya.

“Ini bagian yang sulit. Tentu saja,” ujar Ha Min memaklumi jika Doha tidak mengerti.

Hal yang tidak dipahami Doha adalah perbedaan ‘Remember to say’ dengan ‘Remember saying’.

“Khusus soal ini, jika ada gerund untuk kata kerja itu adalah past tense. Jadi, jika saying muncul, berarti itu mengingat kata-katanya. Misalnya jika aku ingat bertanya padamu ‘maukah kau belajar bersamaku untuk menyiapkan ujian?’, maka aku perlu menggunakan saying.”

“Bagaimana dengan to say?”

“Itu berarti future tense. Aku ingat kalau aku akan mengatakannya.”

Doha meminta contohnya.

“Contohnya ....” Ha Min berpikir sejenak. “Aku ingat kalau aku akan mengatakan bahwa aku menyukaimu.”

“Oo...” Doha mengangguk paham. Sesaat kemudian, ekspresinya langsung berubah. Dia seolah menangkap suatu makna lain dari contoh yang diucapkan Ha Min.

“Apa?” tanya Doha ingin Ha Min memperjelas ucapannya

“Ketika aku akan mengatakan ‘aku menyukaimu’, jika aku bertemu denganmu, aku harus menggunakan to say.

Doha terdiam. Dia memandang Ha Min lekat.

“Aku menyukaimu,” ulang Ha Min.

“Apa kau menyukaiku?”

“Kau tidak tahu?” Ha Min balik bertanya, padahal dia sudah menunjukkannya berkali-kali.

Doha tersenyum. Dia sudah menyukai Ha Min selama 2 bulan. Sedangkan Ha Min sudah menyukai Doha selama 2 tahun.


Mendengar ucapan Ha Min tersebut, senyum Doha semakin mengembang. Doha berharap hari ini adalah hari yang damai. Dia sudah mengatakan hal itu berkali-kali dalam hatinya.

Lalu, Ha Min mencondongkan tubuhnya lebih dekat pada Doha dan mencium bibir Doha.



Jrenggg.....



Ternyata itu semua hanyalah mimpi, saudara-saudara. Karena sekarang, Doha terbangun. Dia masih berada di tempat yang sama sebelum Bo Ram dan Ki Hyun meninggalkannya.



Dengan wajah kecewa, dia mengecek HP-nya. Ada pesan dari Ha Min yang menanyakan keberadaannya. Ha Min mengajak Doha ke perpustakaan bersama-sama, karena sekarang dia sudah pulang les.

Doha mengiyakan. Lalu dia membereskan buku-bukunya.


Sebelum menemui Ha Min, Doha singgah di mini market untuk membeli minuman terlebih dahulu. Dia mengambil kopi instant.


Di kasir, penjaga kasir menyapa Doha yang hanya disahut dengan sekali anggukan. Tanpa senyum, lagi.

“Wah, ternyata kau betulan pendiam,” ujar si penjaga kasir.

“Siapa yang bilang?” tanya Doha.

Penjaga kasir menjawab kalau adiknya yang mengatakannya, makanya dia menyukai Doha.

“Apa?” Doha terkejut.

Penjaga kasir menegaskan lagi kalau adiknya menyukai Doha.

“Dia selalu membicarakanmu,” tambahnya.

Doha berpikir. Dia mengingat kembali kejadian saat pergi ke mini market tersebut bersama sahabatnya. Ki Hyun mengatakan kalau penjaga kasir itu adalah kakak Ha Min, karena hanya Ha Min yang memiliki kakak laki-laki.

“Jangan katakan padanya aku bilang begitu,” pinta penjaga kasir membuyarkan lamunan Doha. “Ini rahasia.”

“Rahasia adalah rahasia, jika kau tidak membicarakannya pada orang lain,” sahut Doha.
Penjaga toko mengatakan tidak apa-apa karena mereka saling mengenal. Jadi tidak perlu khawatir. Toh, walaupun dia mengatakan rahasianya, adiknya tidak akan peduli.

“Apa?”


Penjaga kopi langsung mengatakan kalau Doha mengambil satu kopi lagi, dia dapat gratis susu, karena ada promo dari kopi yang dibeli Doha.

Doha pun mengambil kopi lagi, dan sebuah susu. Doha cukup lama memandang susu yang diambilnya. Sepertinya dia mengingat suatu kenangan.



Masa ujian dimulai hari ini, tapi Doha seperti tidak bisa fokus. Terlebih saat dia mengingat kata-kata penjaga kasir, kalau adiknya menyukai Doha.

Hamin menelpon Doha karena tidak kunjung datang. Doha menjawab kalau dia sudah hampir sampai.

“benarkah? Kalau begitu aku akan keluar,” ucap Ha Min.

Doha melarang, tapi ternyata Ha Min sudah ada di luar.


“Apa itu?” tanya Ha Min melihat belanjaan Doha saat mereka sudah saling bertemu. “Apa susu  itu untukku?”

Doha mengiyakan, lalu memberikan susu intans kepada Ha Min. Ha Min berterima kasih.

Doha tersenyum seraya menatap Ha Min lekat. Dia senang karena orang yang dia sukai juga menyukainya. Oleh karena itu, dia merasa hari ini tidak akan terlewati seperti biasa.

“Tiga minuman untuk kita. Dua botol kopi, dan satu susu,” celetuk Ha Min yang membuat Doha heran.


Sesaat kemudian, Kimha muncul arah dalam perpustakaan. Ini yang dimaksud Ha Min. Doha membelikan minuman yang cukup untuk mereka. Rupanya, Ha Min sedang belajar bersama Kimha tadi.

Melihat kemunculan Kimha, Doha heran. Dengan canggung, Doha memberikan sebotol kopi untuk Kimha. Kimha berterimakasih, lalu mengajak masuk.


~Bersambung~

No comments:

Post a Comment