“Aku Harap Hari Ini adalah Hari yang Damai. Itu
Tidak Akan Berhasil dengan Cara Lain”
Di ruang kelas, guru sedang menyampaikan kisi-kisi ujian bahasa Inggris. Beberapa murid ada yang memperhatikan, tapi tak sedikit juga yang sibuk dengan dunianya sendiri, seperti menggambar, tidur, melamun, dan lain-lain.
Kali ini Doha memperhatikan. Ya,
memperhatikan teman-temannya. Lebih tepatnya mengamati. Dia bahkan berpikir,
semua hal menyenangkan kecuali belajar.
“Tapi guru menunjukkan hal yang lain
lagi.” Ki Hyun mencoba protes dengan ekspresi malas belajar.
“Hmm... Karena aku memperhatikan
dengan saksama.”
Sepulang sekolah, Doha, Bo Ram, dan Ki Hyun
belajar bersama di perpustakaan. Tapi, Ki Hyun tak terlihat belajar, dia sibuk memainkan HP-nya. Pasti main game.
Bo Ram yang mulai mengantuk mencoba
menghilangkan kantuknya dengan menggoyangkan polpennya di depan matanya. Tapi
tetap saja, dia menguap. Okay, dia tidak sanggup lagi. Tak ingin memaksakan,
dia mengemasi buku dan alat tulisnya.
“Apa kau tidak belajar hari ini?”
tanya Doha yang dari tadi terlihat yang paling serius belajar.
Doha mendengus kecewa. Lalu, dibuka
HP-nya, membaca ulang chat-nya dengan Ha Min.
Ha Min : apa
kau belajar dengan rajin?
Doha tersenyum membacanya. Dia lalu
melanjutkan belajarnya. Ah, tidak. Rupanya dia sedang menggambari buku paketnya
menggunakan polpen.
“Ha Na.” Tiba-tiba seseorang
memanggilnya lirih. Doha menoleh ke kanan, didapatinya Ha Min yang sedang duduk
di sampingnya.
Doha terkejut.
“Kau bilang pergi ke perpustakaan.”
Ha Min menjawab kalau dia hanya
mampir setelah les. “Apa kau mau belajar bersama?”
“Aku ingin
fokus belajar,” jawab Doha
dalam hati.
“Halaman berapa yang kau pelajari?”
tanya Ha Min seraya melihat buku yang ada di hadapan Doha.
Doha menggeser bukunya agar Ha Min
dapat melihatnya dengan mudah. Dia menunjukkan salah satu bagian yang tidak
dipahaminya.
“Ini bagian yang sulit. Tentu saja,”
ujar Ha Min memaklumi jika Doha tidak mengerti.
Hal yang tidak dipahami Doha adalah
perbedaan ‘Remember to say’ dengan ‘Remember saying’.
“Khusus soal ini, jika ada gerund
untuk kata kerja itu adalah past tense. Jadi, jika saying muncul,
berarti itu mengingat kata-katanya. Misalnya jika aku ingat bertanya padamu
‘maukah kau belajar bersamaku untuk menyiapkan ujian?’, maka aku perlu
menggunakan saying.”
“Bagaimana dengan to say?”
“Itu berarti future tense.
Aku ingat kalau aku akan mengatakannya.”
Doha meminta contohnya.
“Contohnya ....” Ha Min berpikir
sejenak. “Aku ingat kalau aku akan mengatakan bahwa aku menyukaimu.”
“Oo...” Doha mengangguk paham.
Sesaat kemudian, ekspresinya langsung berubah. Dia seolah menangkap suatu makna
lain dari contoh yang diucapkan Ha Min.
“Apa?” tanya Doha ingin Ha Min
memperjelas ucapannya
“Ketika aku akan mengatakan ‘aku
menyukaimu’, jika aku bertemu denganmu, aku harus menggunakan to say.
Doha terdiam. Dia memandang Ha Min
lekat.
“Aku menyukaimu,” ulang Ha Min.
“Apa kau menyukaiku?”
“Kau tidak tahu?” Ha Min balik
bertanya, padahal dia sudah menunjukkannya berkali-kali.
Doha
tersenyum. Dia sudah menyukai Ha Min selama 2 bulan. Sedangkan Ha Min sudah
menyukai Doha selama 2 tahun.
Mendengar ucapan Ha Min tersebut,
senyum Doha semakin mengembang. Doha berharap hari ini adalah hari yang damai.
Dia sudah mengatakan hal itu berkali-kali dalam hatinya.
Lalu, Ha Min mencondongkan tubuhnya
lebih dekat pada Doha dan mencium bibir Doha.
Jrenggg.....
Ternyata itu semua hanyalah mimpi,
saudara-saudara. Karena sekarang, Doha terbangun. Dia masih berada di tempat
yang sama sebelum Bo Ram dan Ki Hyun meninggalkannya.
Dengan wajah kecewa, dia mengecek
HP-nya. Ada pesan dari Ha Min yang menanyakan keberadaannya. Ha Min mengajak
Doha ke perpustakaan bersama-sama, karena sekarang dia sudah pulang les.
Di kasir, penjaga kasir menyapa Doha
yang hanya disahut dengan sekali anggukan. Tanpa senyum, lagi.
“Wah, ternyata kau betulan pendiam,”
ujar si penjaga kasir.
“Siapa yang bilang?” tanya Doha.
Penjaga kasir menjawab kalau adiknya
yang mengatakannya, makanya dia menyukai Doha.
“Apa?” Doha terkejut.
Penjaga kasir menegaskan lagi kalau
adiknya menyukai Doha.
“Dia selalu membicarakanmu,”
tambahnya.
Doha berpikir. Dia mengingat kembali
kejadian saat pergi ke mini market tersebut bersama sahabatnya. Ki Hyun
mengatakan kalau penjaga kasir itu adalah kakak Ha Min, karena hanya Ha Min
yang memiliki kakak laki-laki.
“Jangan katakan padanya aku bilang
begitu,” pinta penjaga kasir membuyarkan lamunan Doha. “Ini rahasia.”
“Rahasia adalah rahasia, jika kau
tidak membicarakannya pada orang lain,” sahut Doha.
Penjaga toko mengatakan tidak
apa-apa karena mereka saling mengenal. Jadi tidak perlu khawatir. Toh, walaupun
dia mengatakan rahasianya, adiknya tidak akan peduli.
“Apa?”
Penjaga kopi langsung mengatakan
kalau Doha mengambil satu kopi lagi, dia dapat gratis susu, karena ada promo
dari kopi yang dibeli Doha.
Masa ujian dimulai hari ini, tapi
Doha seperti tidak bisa fokus. Terlebih saat dia mengingat kata-kata penjaga
kasir, kalau adiknya menyukai Doha.
Hamin menelpon Doha karena tidak
kunjung datang. Doha menjawab kalau dia sudah hampir sampai.
“benarkah? Kalau begitu aku akan
keluar,” ucap Ha Min.
Doha melarang, tapi ternyata Ha Min sudah ada di luar.
“Apa itu?” tanya Ha Min melihat
belanjaan Doha saat mereka sudah saling bertemu. “Apa susu itu untukku?”
Doha mengiyakan, lalu memberikan
susu intans kepada Ha Min. Ha Min berterima kasih.
Doha tersenyum seraya menatap Ha Min
lekat. Dia senang karena orang yang dia sukai juga menyukainya. Oleh karena
itu, dia merasa hari ini tidak akan terlewati seperti biasa.
“Tiga minuman untuk kita. Dua botol kopi, dan satu susu,” celetuk Ha Min yang membuat Doha heran.
Sesaat kemudian, Kimha muncul arah dalam
perpustakaan. Ini yang dimaksud Ha Min. Doha membelikan minuman yang cukup
untuk mereka. Rupanya, Ha Min sedang belajar bersama Kimha tadi.
Melihat kemunculan Kimha, Doha heran. Dengan canggung, Doha memberikan sebotol kopi untuk Kimha. Kimha berterimakasih, lalu mengajak masuk.
~Bersambung~
No comments:
Post a Comment