Episode 3 “Hanya Kebetulan Ataukah
Takdir?”
Saat Won Yeong melihat foto-foto dirinya bersama
Woo Ri, tiba-tiba Cheo Son (penjaga toko yang tadi pergi) datang sambil
bernyanyi rap.
Dan itu, terlihat mengerikan bagi Won Yeong.
Namun, itu hanya mimpi. Ya, Cheo Son nge-rap
dihadapannya itu hanya mimpi, tetapi Cheo Son benar-benar ada dihadapannya. Won
Yeong sampai terkejut melihatnya ada dihadapannya saat ia terbangun.
“Sepertinya kau mimpi buruk,” tebak Cheo Son.
“Wajahmu terlihat pucat.”
“Aku baik-baik saja,” jawab Won Yeong. Lalu dia
mengangkat telepon. Rupanya, music rap yang masuk ke dalam mimpinya adalah nada
dering dari ponsel Ni Na.
“Hallo,”
“Siapa ini?” tanya Ni Na di seberang sana. Dia
marah-marah karena ponselnya diambil. *padahal kenyataan yang sesungguhnya
adalah sebaliknya.
Dengan menahan emosi karena dituduh mengambil
ponselnya, Won Yeong menyuruh Ni Na untuk mengambil ponselnya di toko Aman Yeon
Hee.
Mendengar ucapan Won Yeong, Ni Na baru sadar
kalau ponselnya tertukar di sana.
Won Yeong menyuruh Ni Na diam dan membawa
ponselnya padanya. Tapi Ni Na mengatakan dia sibuk, jadi dia menyuruh Won Yeong
yang membawanya padanya.
Won Yeong tambah emosi karena Ni Na lah yang
mengambil ponselnya, jadi seharusnya dia yang datang mengembalikannya. Namun,
sekali lagi Ni Na mengatakan kalau dia dalam keadaan mendesak. Lalu dia
menawarkan bayaran untuk Won Yeong jika dia mau datang.
“Apa kau pikir aku kurirmu atau sejenisnya?”
kesal Won Yeong.
“300 dolar?” Ni Na menawarkan.
Segera Won Yeong menanyakan keberadaan Ni Na.
Nampaknya dia tergiur dengan uang yang ditawarkan Ni Na.
Pagi itu, di kos Kot Dong, seperti biasa semua
penyewa kamar kos pergi ke dapur untuk makan. Mereka terkejut karena telah ada
beberapa makanan enak. Mereka berpikir kalau tuan Cha ada di sana, karena itu
yang sering tuan Cha lakukan untuk mereka.
Tanpa pikir panjang lagi, mereka menyantap
hidangan sarapan pagi itu. Sementara makan, si drummer mengajak Woo Ri
berbincang. Dia menanyakan apakah Woo Ri bertemu dengan Ji Min kemarin.
“Iya, kenapa? Kau tertarik?” tanya Woo Ri balik.
Seketika, sup yang sudah masuk ke mulut si
drummer otomatis keluar.
“Kalian terlihat baik berdua,” ujar Woo Ri.
Di samping mereka makan, ternyata tuan Cha
mengintip dari jendela. Dia mengatakan minta maaf pada anak-anak. Dia sedang
membuat uang. *mungkin maksudnya mencari uang.
Setelah itu, tuan Cha pergi.
Si drummer menertawai ucapan Woo Ri, bahkan
mengatakan Woo Ri gila. Dia lalu mengubah topic pembicaraan dengan menanyakan
apakah Woo Ri tahu kalau semalam Won Yeong tidur di luar.
Tiba-tiba Woo Ri tersedak. “Lalu kenapa? Apa
hubungannya denganku?” tanya Woo Ri dengan mulut yang penuh nasi sehingga nasi
di mulutnya memuncrat ke wajah si drummer.
Tiba-tiba Woo Ri terkenang masa lalunya bersama
Won Yeong. Dulu saat Woo Ri tidur di luar, Won Yeong mengatakan, walaupun Woo
Ri sibuk belajar, tapi dia harus tetap tidur di rumah. Jika Won Yeong tidak
melihatnya selama 12 jam, maka dia akan melapor ke polisi. Mereka pun membuat
perjanjian agar tidur di rumah.
Kenangan yang indah. Dikenangan itu pula, Won
Yeong mencium Woo Ri.
“Maksudku, jika kau khawatir, kenapa tidak
telepon saja?” suruh si drummer. Wajahnya penuh dengan nasi.
“Kau bercanda?” bentak Woo Ri. “Dia memang
seharusnya di luar, di jalanan. Semoga mulutnya tidak bengkok. Seharusnya kau
yang khawatir jika mulutnya bengkok. Siapa yang akan bernyanyi jika mulutnya
bengkok?” Lagi-lagi Woo Ri berbicara dengan memuncratkan nasi dari mulutnya.
Setelah mengucapkan dan menyemburkan semua itu, dia kemudian pergi.
Si pianis yang polos langsung browshing di
internet mencari cara mengobati mulut bengkok.
Di tempat biasanya Woo Ri bertemu dengan Ji Min,
dia menatap ponselnya. Ada keinginan untuk menelpon Won Yeong, namun juga
sebaliknya.
“Mengapa aku harus peduli? Dia dengan seorang
gadis, atau akan mati kelaparan?” kesalnya.
Lalu dia melempar anak panah kecil ke foto-foto
para couple yang tertempel di dinding sambil mengatakan, “Putus! Aku benci
semua couple!” Lucunya, saat anak panah itu mengenai sebuah foto, tiba-tiba
foto itu langsung menangis.
Kemudian, Ji Min masuk. Dia terkejut karena
tiba-tiba ada anak panah melayang di dekat pintu. “Apa yang kau lakukan?”
Woo Ri tidak menjawab. Ji Min mengatakan
setidaknya Woo Ri terlihat lebih manusiawi saat berpacaran dengan Won Yeong.
Woo Ri harus pacaran lagi, atau mencari pekerjaan.
“Apa gunanya pacaran?” tanya Woo Ri. Nampaknya dia
benar-benar trauma pacaran. “Kau membuang waktu dan uangmu, lalu berpikir kau
tidak bisa hidup tanpa dia. Semua itu hilang hanya dengan satu kata, PUTUS.”
Kemudian dia mengumpat ke foto-foto couple agar mereka putus.
Ji Min meletakkan botol anggur-nya di atas meja,
lalu berbicara pelan-pelan pada Woo Ri.”Dengar baik-baik. Kita perlu
keseimbangan Yin dan Yang untuk perdamaian dunia.”
“Sudahlah. Aku berharap aku tidak pernah pacaran
sepertimu,” ucap Woo Ri.
Ji Min yang sementara minum anggur langsung mengeluarkannya
lagi ke gelas. “Apa? tidak pernah pacaran? Aku? Astaga, sepertinya kau
benar-benar salah paham. Aku punya banyak pengalaman,” terang Ji Min shock
mendengar ucapan Woo Ri.
Sekarang Woo Ri akan fokus pada pekerjaan, jadi
dia tidak ingin ditelpon.
“Lucunya. Aku juga orang yang sibuk,” ucap Ji
Min.
Woo Ri optimis akan menjadi kaya dan akan membeli
semua pria di muka bumi. Kemudian Woo Ri pergi.
Ji Min memarahi Woo Ri karena mengatakan dia
tidak pernah pacaran.
Sementara itu, Won Yeong memasuki sebuah gedung
dimana diadakan konser. Dia hendak menemui seseorang yang telah mengambil
ponselnya.
“Bagaiman aku bisa menemukanmu di sini?” tanya
Won Yeong saat Ni Na menelponnya. Tentu saja Won Yeong mengatakan demikian,
karena dia baru masuk saja sudah banyak sekali orang yang mengantri untuk
masuk.
Ni Na menyuruh Won Yeong ke pintu masuk. Dia akan
ke sana.
Saat Ni Na tiba di pintu masuk, dia duluan yang
melihat Won Yeong. “Jika kau masih tidak tahu, carilah salah satu perempuan
yang paling tinggi dan canti.”
“Apa?” heran Won Yeong. Lalu panggilang dimatikan
oleh Ni Na.
Ni Na menghampiri Won Yeong, lalu dia mengambil
ponselnya dan menyuruh Won Yeong menunggu sebentar. Kemudian dia masuk lagi
tanpa mengembalikan ponsel Won Yeong.
Won Yeong terdiam sejenak, lalu dia berteriak,
“300 dolar ku! Tidak, ponselku!” Kemudian dia mengejar Ni Na ke dalam, namun
dia kehilangan Ni Na. Saat dia berpapasan dengan seseorang, dia hendak
bertanya, namun orang itu sepertinya sibuk. Dia berjalan cepat sambil menelpon,
dan tidak mau berhenti saat Won Yeong hendak bertanya. Sepertinya dia salah
satu crew.
Tiba-tiba Won Yeong mendengar seseorang yang
sepertinya sedang nge-MC. Dia membuka salah satu pintu karena mendengar
suaranya berasal dari sana. Saat pintu terbuka, suaranya semakin jelas. Tak
hanya suara, Won Yeong bisa melihat panggung dengan penonton di bawahnya.
Posisi Won Yeong yang berada di atas memungkin melihat keseluruhan studio.
Won Yeong terpaku melihatnya.
Sementara itu, Ni Na menonton video ‘Band Aku Tidak
Tahu’ yang manggung di pinggir jalan dari ponsel Won Yeong. Saat dia sedang
asyik menikmati video tersebut, tiba-tiba seseorang datang. Segera Ni Na
meletakkan ponsel itu.
“Ni Na mengapa kau selalu bekerja keras di
menit-menit terakhir?” tanya Ji Hoo bangga. “Mereka sudah mendapatkan track-nya
dan kontrak baru saja dikonfirmasi.”
“Lihatlah, aku membuatnya lagi.”
“Oh, ya kau benar.”
Tiba-tiba salah satu crew masuk sambil mengatakan
kalau mereka punya masalah. Band Ahjacha tidak bisa tampil hari ini.
“Apa yang kau bicarakan?” tanya Ji Hoo tidak
percaya.
Ni Na mengatakan kalau itu tidak mungkin, karena
mereka mengirim sms saat mereka akan berangkat.
Crew itu menjelaskan kalau sebenarnya mereka
terlibat perkelahian di dalam mobi, lalu dibubarkan. Mereka sedang dalam
perjalanan kembali ke rumah masing-masing.
Ni Na mengatakan mereka saja belum debut.
Dibubarkan pasti hanya lelucon. Kemudian dia menelpon pihak Band Ahjacha.
Mereka tidak punya waktu lagi untuk mengganti
penampil berikutnya. Hanya kurang satu jam waktu mereka untuk menemukan
penggantinya.
Panggilan yang dilakukan Ni Na rupanya tak dijawab
oleh pihat Band Ahjacha. Hal itu membuatnya bingung. Lalu tiba-tiba idenya
muncul saat melihat ponsel Won Yeong.
Lagi-lagi Woo Ri menatap ponselnya. Dia berpikir
untuk menelpon Won Yeong, namun juga sebaliknya.
“Tidak. Mengapa aku menelponnya?” tanyanya pada dirinya sendiri.
Lalu dia dengan sengaja memencet tombol memanggil, namun
mengatakan itu tidak sengaja. Dia malah merutuk ponsel touch. Terdengarlah NSP
lagu Band Aku Tidak Tahu mengalun. Tanpa sadar Woo Ri menikmati lagu itu.
Tiba-tiba keasyikannya buyar karena panggilan
terangkat. Yang terdengar bukan suara Won Yeong, melainkan suara perempuan (Ni
Na). Segera Woo Ri mematikan panggilan. Dia mengira salah menelpon orang, tapi
ternyata tidak.
“Dia sudah bersama seorang gadis? Wah, Woo Ri,
kenapa kau memanggilnya, bodoh? Ah, aku benci hidupku!” rutuknya. Kemudian dia
meminum segelas minuman yang ada di sampingnya. Padahal minuman itu bukan
miliknya, melainkan milik Hyung Woo yang kebetulan lewat, lalu meletakkan
minumannya di situ karena hendak memperbaiki tali sepatunya yang lepas.
Saat Hyung Woo selesai mengikat tali sepatunya,
dia terkejut karena Woo Ri meminum airnya.
“Apa lagi sekarang?” kesal Woo Ri saat ada pesan
masuk di ponselnya.
Saat membaca pesan itu, Woo Ri seperti terkena
serangan jantung tiba-tiba. Dia sangat terkejut ples senang.
Massage from Gaha Entertainment :
Nomor 21, No Woo Ri silahkan datang untuk wawancara. Buku referensi “Sound of
Youth”.
Akhirnya dia lolos ketahap berikutnya. Saking senangnya, dia sampai berjoget-joget.
Hyung Woo yang melihatnya jadi malu sendiri. Namun, sesaat kemudian dia
tersenyum.
Won Yeong menikmati menonton konser. Dia
sepertinya ingin manggung juga. Dia bahkan bergaya seolah-olah sedang bermain
gitar.
Di sisi lain, Ni Na mencari Won Yeong. Dan
akhirnya dia menemukannya.
Won Yeong terkejut karena Ni Na tiba-tiba muncul.
“Aku menyuruhmu menunggu, kenapa kau jalan
kemana-mana?” tanya Ni Na.
“Karena kau tidak datang,” jawab Won Yeong. Lalu
dia meminta ponselnya kembali.
Ni Na menyuruhnya menunggu dan mengikutitnya. Dia
bahkan menarik tangan Won Yeong. Namun, Won Yeong melepaskannya dan mengatakan
kalau tidak mau bagaimana.
Jika Won Yeong tidak mau, maka dia tidak dapat
mengambil ponselnya kembali. Ni Na memberitahu kalau dia sudah menonton video
Won Yeong. “Band Aku Tidak Tahu, kau penyanyinya?”
“Kenapa kau melihat ponselku?” gerutu Won Yeong,
yang merasa privasinya diganggu.
“Aku Yoon Ni Na dari Mars Musik,” ucap Ni Na
memperkanalkan.
“Lalu?” tanya Won Yeong.
“Apa kau tidak ingin mendapatkan lebih dari 300
dolar?” Ni Na mulai menawarkan.
Won Yeong berpikir sejenak. Sebelum dia sempat
menjawab, Ni Na ditelpon temannya dan pergi. Won Yeong pun mengikuti Ni Na.
Ni Na dan Won Yeong kini berada di ruang ganti.
Salah satu crew memberikan Won Yeong gitar, kemudian pergi. Sedangkan Ni Na
mengecek beberapa daftar.
Won Yeong bertanya pada Ni Na apakah dia selalu
sibuk. Won Yeong memberikan saran agar tidak terlalu keras, atau nanti dia akan
kehilangan semuanya.
Ni Na nampaknya tersentuh dengan ucapan Won
Yeong. Dia bahkan tak bisa berkata-kata.
Beberapa saat kemudian, teman-teman se-band Won
Yeong datang. Mereka pasti buru-buru. Si drummer datang dengan masih mengenakan
celemek.
Saat melihat Ni Na, si drummer ingin bertanya
sesuatu pada Ni Na, namun ia dicueki. Lalu dia beralih bertanya pada Won Yeong.
Dia bertanya apa yang terjadi padanya semalam. Sebelum sempat dijawab, mereka
sudah panggil untuk bersiap naik panggung.
Saat pembawa acara mempersilahkan mereka untuk
naik panggung, mereka pun naik panggung. Si drummer berteriak histeris, namun
penonton hanya diam saja. Bahkan saat mereka memperkenalkan band mereka, tak
ada seorangpun yang merespon.
Agak mengecewakan memang, namun mereka tetap
bermain music. Dan saat mereka bermain music, para penonton bergoyang mengikuti
irama.
Dari atas, Ni Na rupanya memperhatikan band itu
manggung.
“Akhirnya kutemukan,” gumamnya.
Sementara itu, Woo Ri sedang mencari buku
referensi “Sound of Youth” di perpustakaan. Dia mendapatkan buku itu berada di
rak paling atas. Dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi, Woo Ri agak susah
menggapainya. Woo Ri hampir terjatuh saat mengambil buku itu. Untung ada
seseorang di belakangnya yang membantu Woo Ri mengambil buku itu, dan saat Woo
Ri hendak jatuh, tubuhnya ditahan olehnya.
No comments:
Post a Comment