Episode 7 “Sebagian Kenangan”
Walaupun matahari telah membumbung tinggi, tapi
Ji Won Yeong masih belum juga bangun. Dia kesal dengan keputusan Ni Na.
Terpaksa, Woo Ri turun tangan karena dua teman Won Yeong memohon bantuannya.
Woo Ri membuka gorden kamar Won Yeong. Won Yeong
sedikit kesal karena kesilauan.
“Kau seharusnya mencari jalan keluar. Sekarang
kau menyerah begitu saja?” tutur Woo Ri.
“Jangan sok tahu,” sahut Won Yeong seraya
berbalik mengubah posisi tidurnya menghindari arah cahaya.
Melihat Won Yeong yang sepertinya tak mau
mengubah keputusannya, Woo Ri tidak mau membujuknya lagi.
Namun, saat dia hendak pergi, dua teman Won Yeong
memohon agar Woo Ri mau membujuknya sekali lagi. Terpaksa Woo Ri membantu
mereka.
“Terkadang, aku sedikit berlebihan saat mendengar
lagu kalian. Yah, karena aku tahu kau yang membuatnya. Tapi sekarang kau harus
berpikir agar orang lain menyukai lagu itu juga.” ujar Woo Ri menasihati.
Namun, nasihat itu tak dianggap baik oleh Won Yeong. Dia malah
menendang-nendangkan kaki menunjukkan kalau dia tidak mau diganggu, apalagi
dinasihati.
“Hei, Ji Won Yeong!” seru Woo Ri.
“Aku tidak mau berkompromi hanya karena uang. Aku
ingin membuat keaslian laguku,” ucap Won Yeong kekeh dengan pendiriannya.
“Apa kau tidak merasa apapun ketika mengamen atau
ditendang dari studio kalian? Seni? Kesombongan? Tidak semuanya akan bagus
meskipun semua hidupmu terjamin. Kau harus berpikir apa yang paling sekarang.
Bagaimanapun, kau pemimpinnya. Jadi…”
“Won Yeong, kau ada, kan?” panggil seseorang dari
luar menghentikan ucapan Woo Ri.
Mendengar dia dipanggil, segera Won Yeong bangun
dan memasukkan tangannya disaku celana olah raganya (dia bergaya sombong).
Orang yang memanggila Won Yeong tadi adalah Ni
Na.
Dan saat, Ni Na masuk, Woo Ri pergi keluar.
Sebelum sampai ke pintu, Woo Ri mendapat telpon dari Hyun Woo. Dia menyebut
nama Hyun Woo saat menelpon, dan itu membuat Won Yeong melirik Woo Ri yang
berjalan keluar. Rupanya Hyun Woo dan Woo Ri sudah janjian untuk bertemu.
Setelah Woo Ri pergi, Ni Na menyuruh kedua teman
Won Yeong untuk meninggalkannya dan Won Yeong sendirian.
“Kenapa
kau kesini? Tidak ada yang perlu ku katakan lagi,” ucap Won Yeong setelah kedua
temannya pergi.
“Won Yeong…” Ni Na memenggal kalimatnya cukup
lama. Mungkin berat baginya untuk mengatakan, “Aku mengalah.”
Akhirnya Ni Na memperbolehkan Won Yeong melakukan
sesuai maunya.
“Benarkah?” tanya Won Yeong memastikan.
Karena Won Yeong yang menentukan, Ni Na akan
percaya padanya sekarang. Namun, jika tidak berjalan baik, Ni Na berharap Won
Yeong tidak menyalahkan Ni Na. Won Yeong mengatakan dia akan mengambil tanggung
jawab penuh dengan kata-katanya.
Ni Na tersenyum. Sebelum pergi, dia menyuruh Won
Yeong segera menyelesaikannya karena waktu sudah mendesak.
Saat Ni Na membuka pintu, dua temannya berjonggok
di depan pintu untuk menguping. Entah Ni Na melihat mereka atau tidak, karena
tatapannya lurus ke depan, dia langsung menutup pintu lagi. Hal itu membuat dua
teman Won Yeong terantuk pintu.
Won Yeong yang sudah hendak duduk, segera berdiri
lagi kerana Ni Na kembali.
“Tapi… malam itu, bagaimana bisa kau membiarkan
aku pulang seperti itu?” tanya Ni Na.
“Apa?” Won Yeong mengingat kejadian semalam. “Oh,
malam pesta itu? Kau mabuk berat, jadi seperti itu.”
“Tidak. Aku serius, dan aku tidak selalu
melakukan hal seperti itu. Aku berharap kau tidak berpikir aku aneh. Aku
mengatakan seperti itu karena aku tertarik padamu.”
Di tempat lain, Woo Ri berjalan diam-diam untuk
mengagetkan Hyun Woo yang menunggu kedatangannya. Namun, Hyun Woo sudah
menyadarinya, mungkin dia melihat bayangan Woo Ri dari ponsel yang ia pegang.
Jadi, saat Woo Ri sudah dekat, segera Hyun Woo mengangkat ponselnya untuk
berfoto selfie. Woo Ri secara otomatis langsung bergaya. Kemudian dia sadar
kalau rencananya gagal.
Hyun Woo dan Woo Ri pergi jalan-jalan dan makan
bersama. Mungkin mereka kencan.
Di samping itu, mereka membahas tentang
pekerjaan. Hyun Woo menanyakan hasil presentasi Woo Ri kemarin. Woo Ri menjawab
bahwa presensinya tidak berjalan lancar. Lagi pula waktu wawancara dulu, Hyun
Woo lah yang membantu mengedit laporannya, di tambah dia tidak punya
pengalaman.
Hyun Woo menawarkan bantuannya. Dia punya laporan
presentiasi dari beberapa seniornya. Woo Ri senang karena dia mau membantu. Woo
Ri bertanya kapan mereka melakukannya.
Hyun Woo mengatakan hari ini karena laporannya harus dikembalikan pada
seniornya besok. Hyun Woo juga menyarankan kalau membuat laporannya di rumahnya
saja. Agak lama berpikir, akhirnya Woo Ri setuju.
Di studio rekaman, Won Yeong mulai mempersiapkan
lagu ciptaannya. Namun, dia malah melamun. Dia memikirkan ucapan Ni Na yang
mengatakan bahwa Ni Na tertarik padanya. Namun, dia langsung tersadar, dan
menepuk-nepuk kedua pipinya sambil mengatakan ini bukan waktunya melamun.
Kemudian dia menyolokkan USB-nya untuk mencari
track yang pernah ia ciptakan dulu. Saat dia melihat nama-nama file tersebut,
ekspresinya langsung berubah jijik. Semua nama file pasti ada nama Woo Ri-nya.
Dia mengatakan tak tahan melihatnya. Dia juga mengatakan dirinya sudah gila.
Kemudian dia menurunkan kursor. Ada folder
bernama ‘Kita Selamanya’.
“Kapan itu dibuat?” tanya Won Yeong pada dirinya
sendiri yang lupa dengan folder itu. Dia pun membuka folder itu, dan memasukkan
kata sandi, namun kata sandi yang ia masukkan salah. Dia mencoba dengan kata
sandi lain. Namun, juga salah.
“Ah, apa passwordnya?” Won Yeong tak ingat sama
sekali. Akhirnya dia menelepon Woo Ri yang berada di rumah Hyun Woo.
“Kau sibuk? Aku ingin bertanya sesuatu.”
“Ya, aku sibuk, tanya saja cepat,” jawab Woo Ri
dengan suara pelan.
“Apa kau tahu password…? Kau tahu kan, yang itu.”
“Bagaimana aku tahu. Kalau aku ingat, nanti aku
akan sms.”
“Itu folder ‘Kita Selamanya’. Salah satu folder
yang kita buat untuk digunakan bersama,” terang Won Yeong.
“Oh, itu.”
Won Yeong lupa passwordnya, dia pikir Woo Ri
tahu. Tapi Woo Ri juga tahu.
“Ah! Mungkin ada di memoku yang di rak buku,”
ucap Woo Ri.
“Oh Ya? Kalau begitu, sms aku kalau kau sudah di
rumah,” pinta Won Yeong.
Woo Ri mengatakan dia akan pulang sedikit
terlambat.
“Woo Ri, ini hampir selesai,” ucap Hyun Woo dari
dapur. Dapur yang langsung bersambung dengan ruang tamu membuat suaranya masuk
ke telpon. Makanya Won Yeong menanyakan Woo Ri berada di mana sekarang.
“Rumahnya Hyun Woo,” jawab Woo Ri jujur.
“Di rumahnya Hyun Woo? Sekarang?” tanya Won Yeong
setengah membentak.
“Pokoknya, sekarang aku lagi sibuk. Kita bicara
besok saja. Bye,” ucap Woo Ri menutup telponnya.
“Hei, hei, Woo RI!” bentak Won Yeong, namun
panggilan sudah terputus. Dia jadi kesal. Kemudian, dia mengingat sesuatu, dia
ingat kata sandinya. Walaupun kurang yakin, dia tetap mencoba.
‘We Forever’, Won Yeong mengetikkan kalimat itu,
lalu Ok. Dan terbukalah folder itu. Isi folder itu adalah foto-fotonya bersama
Woo Ri. Dia membuka satu per satu foto kebersamaan mereka dulu.
Sementara itu, di rumah Hyun Woo. Woo Ri
mengerjakan laporan untuk presentasinya sambil menahan lapar. Dia menyuruh
perutnya yang berbunyi itu untuk diam.
“Kau lapar, kan? Tunggu sebentar,” ucap Hyun Woo
yang masih memasak. Dia sedang menguleni tepung yang akan dia buat mie.
“Tidak apa-apa, pelan-pelan saja,” sahut Woo Ri
yang tidak mau merepotkan Hyun Woo. Walaupun sebenarnya dia sudah lapar
setengah mati. Padahal Hyun Woo sudah memasak selama dua jam, tapi tidak
selesai-selesai juga.
Woo Ri meregangkan tubuhnya, lalu berjalan
melihat ke ruangan lain. Dia terkejut saat melihat ruangan itu ada drum.
Diam-diam dia masuk ke dalam, dan memukul pelan drum dengan tangannya.
Tiba-tiba lampu menyala. Woo Ri menoleh dan
mendapati Hyun Woo di depan pintu tersenyum padanya. Woo Ri meminta maaf.
Namun, Hyun Woo mengatakan tidak apa-apa.
“Apa kau mau ku ajari?” tawar Hyun Woo.
“huh?”
Hyun Woo melepaskan celemeknya, lalu duduk di
belakang drum. “Ini tidak akan sulit kalau kau mengerti beat dasar.” Kemudian
dia mulai mempraktekkannya.
Woo Ri memberikan tepukan kepada Hyun Woo.
Kemudian, Hyun Woo bertanya apa Woo Ri mau mencobanya.
“Tidak apa-apa. Tidak ada yang langsung bisa,”
ujar Hyun Woo.
Woo Ri pun mencobanya. Dia mengatakan dia tidak
begitu baik. Hyun Woo memberi semangat dengan mengatakan Woo Ri pasti bisa.
Saat Woo Ri memainkan drum, Hyun Woo terkejut.
Permainannya lumayan baik.
“Seperti bukan pertama kali,” ucap Hyun Woo
setelah Woo Ri mengakhiri permainannya.
“Yah, aku kan tinggal dengan anak band, jadi aku
hanya meniru mereka,” ucap Woo Ri. “Tetanggamu mungkin akan komplen.”
“Main saja. Tidak ada seorang pun di sini, karena
semua sedang liburan.”
“Jadi, aku bisa main sepuasnya?” tanya Woo Ri
yang di iyakan oleh Hyun Woo.
Woo Ri memainkan drum lagi dengan perasaan yang
kacau. Mungkin dia ingin melampiaskan perasaannya dengan bermain drum.
Nampaknya Hyun Woo tahu persaan Woo Ri. Makanya dia menatap Woo Ri dengan
sendu.
Woo Ri menundukkan wajahnya setelah ia memainkan
drum. Dan tiba-tiba Hyun Woo mengecup bibirnya.
Kembali ke studio rekaman, Won Yeong tersenyum
melihat foto-foto itu. Dia lalu membuka sebuah video. Video itu direkam oleh
Woo Ri dan dia secara bergantian. Video itu di rekam di dekat laut, dimana
mereka dapat melihat matahari terbenam dengan jelas.
Tak berapa lama, Ni Na masuk ke dalam studio. Dia
memperhatikan Won Yeong dari pintu dengan sendu.
“Sejak kapan kau di sini?” tanya Won Yeong saat
melihat Ni Na sudah ada di depan pintu. Dia langsung berdiri.
“Maaf. Aku tidak bermaksud melihatnya.”
“Oh, Woo Ri dan aku sudah putus,” ujar Won Yeong
seraya mematikan computer.
“Aku tahu. Kau harus jeli jika ingin bertahan di
industry ini. Meskipun kalian sudah putus tapi masih tinggal bersama. Ya, bisa
jadi ada salah paham. Bukan berarti aku tidak mau bekerja sama jika kalian
tinggal bersama. Aku berharap, kau bisa mengerti ini dengan baik.”
Won Yeong mengangguk mendengar penuturan Ni Na.
“Hmm… sekarang bukan itu masalahnya. Ada suatu
info penting yang ku bawa ke sini. Kalian akan tampil di radio.
Di rumah Hyun Woo.
Woo Ri langsung berdiri dan mundur saat mendengar
suara alat masak yang berbunyi menandakan masakan sudah matang. Dia mengatakan
sudah lapar. Lalu dia pergi.
“Woo Ri,” panggil Hyun Woo.
Woo Ri berhenti, lalu berbalik.
“Apa itu masih berlaku?” tanya Hyun Woo.
“Apa?”
“Kau akan menebusnya dengan melakukan apapun yang
aku minta.”
“Sudah ada yang mau kau minta?” tanya Woo Ri.
“Aku ingin kau keluar dari rumah kos itu,” pinta
Hyun Woo.
“Apa katamu?”
“Aku merasa terganggu. Kau dan Won Yeong.”
No comments:
Post a Comment