Ulasan part 5
Setelah pria-pria yang mengganggu Annisa pergi, Dicky
membawa Annisa masuk ke dalam mobil Dicky yang tak jauh dari mobil Annisa.
“Kamu gak apa-apa?” tanya Dicky khawatir.
Annisa menggeleng, tapi wajahnya
masih terlihat shock. “Terimakasih,
Dic. Aku gak tahu gimana aku kalau kamu gak datang. Tapi, kamu kok bisa di
sini?”
“Semenjak kamu bilang kalau kamu
selalu lewat tempat kayak gini, aku selalu ikutin kamu.”
Air mata Annisa meleleh.
“Terimakasih, Dicky. Dari kecil sampai sekarang kamu selalu jagain aku.”
“Bukan hanya sampai sekarang, tapi
sampai kamu menemukan orang yang bisa menjagamu selain aku.”
--FLASHBACK OFF—
--Kita Berbeda part 6--
Kalimat
terakhir Dicky tiga tahun silamlah yang membuatnya selalu menemani Annisa
kemanapun dia pergi. Terlebih Annisa tidak mempunyai kakak laki-laki, dan
ayahnya juga telah meninggal. Makanya, sebagai sepupu laki-laki yang baik,
Dicky merasa berkewajiban menjaga Annisa.
*
* *
Bisma menghentikan motornya saat
lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Dia melirik sedikit ke dalam mobil yang ada di samping kanannya. Tiba-tiba matanya membulat saat
melihat seorang perempuan duduk di samping si pengemudi. Bisma baru saja hendak
menegur orang di dalam mobil, tapi mobil itu keburu melaju.
Bisma mengejar mobil itu. Bukannya
Bisma yang terlalu lamban mengendarai motor, tapi karena banyak kendaraan yang
menghalangi jalannya, sampai akhirnya dia tertahan di lampu merah. Mobil yang
dia kejar berhasil lolos melewati lampu merah.
“Shit!” Bisma memukul kepala
motornya. Dia kehilangan gadis yang ingin dia temui selama tiga tahun. Dia telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan cinta itu tak bisa hilang begitu saja. Bisma pun tak tahu mengapa.
Malam harinya, setelah Bisma berada
di rumah, dia tidak bisa tidur karena memikirkan pertemuannya dengan gadis itu
tadi siang. Tapi sepertinya itu tidak bisa dibilang pertemuan, karena gadis itu
sama sekali tidak melihat padanya.
“Laki-laki di sampingnya adalah
orang yang sama. Siapa dia? Apa dia pacarnya?” Bisma bertanya-tanya.
*
* *
“Hallo, Ros? Ada apa?” Tangan kanan
Annisa memegang handphone-nya,
sedangkan tangan kirinya sibuk merapikan baju yang akan dipajang di butik
mamanya.
“Tau gak, Nis. Ternyata mahasiswa
pengganti lo itu beneran ganteng, Nis. Gue jadi betah melek,” ujar Rosa dengan
semangat.
“Bagus dong. Jadi lo gak tidur lagi
di kelas,” ledek Annisa. “Eh, gue lagi sibuk nih. Kalau lo mau curhat tentang
dia, besok aja yah.”
“Iya deh, sekalian gue mau kasih tau
orangnya.”
“He-eh…” Annisa mengangguk pelan.
Sambungan terputus. Annisa
meletakkan handphone-nya di meja,
kemudian melanjutkan pekerjaannya.
“Nisa,” panggil kak Ria menghampiri
Annisa.
“Iya, kak. Ada apa?” sahut Annisa.
“Besok kita belanja ya. Bahan-bahan
di dapur udah mau habis. Eh, tapi besok kamu kuliah gak sih?”
“Kuliah. Tapi, aku bisa kok sepulang
kuliah.”
“Ok. Besok aku jemput kamu.”
"Sip."
* * *
[Bersambung]
No comments:
Post a Comment