“Tidak Biasa. Tidak Ingin Begitu”
Kisah dimulai dengan munculnya akun facebook bernama Tanpa Nama SMA Seoyeon yang menuliskan postingan ‘Aku menyukaimu, Hana SMA 2-3’.
“Hana!” panggil seseorang dengan berteriak.
Do Ha Na menoleh seraya tersenyum, karena mengenal orang yang
memanggilnya.
“Doha! Do Ha Na, Hai!” Bo Ram melambaikan tangan. Hana
menyambut dengan merangkul Bo Ram.
“Di mana Kimha?” tanya Do Ha Na.
“Kimha?”
Tepat saat itu mereka berpapasan dengan Kim Ha Na dan Ha Min
yang sedang berebut minuman.
Bo Ram langsung menghampiri Kim Ha Na untuk menanyakan apakah
dia sudah membaca postingan dari Tanpa Nama SMA Seoyeon.
Kim Ha Na memperhatikan ponsel Bo Ram yang menampilkan postingan Tanpa Nama SMA Seoyeon. Itu di posting kemarin, jadi dia Kimha menggeleng dan mengatakan kalau HP-nya rusak kemarin, jadi dia tidak bisa
membuka sosmed.
Do Ha Na terlihat penasaran. Dia pun mengecek ponselnya.
Rupanya banyak yang menandai Kim Ha Na di komentar. Sepertinya, hanya Nam Shi
Woo yang menandai Do Ha Na, yang langsung dibalas dengan “apa?” oleh Doha.
[Narasi Do Ha Na : Umurku 18 tahun. Orang bilang, itu usia yang menyenangkan. Orang-orang bilang begitu. ]
Sementara Bo Ram dan Kimha membahas postingan itu, Ha Min bertanya pada Doha.
“Kau tidak ada acara sepulang sekolah, kan?” tanya Ha Min
pada Doha. “Mau pergi berkencan denganku?”
“Hah?” Doha terkejut.
Bo Ram langsung memukul pundak Ha Min, dan mengomelinya. Dia
memarahi Ha Min yang selalu mengajak orang lain berkencan. Dia menyuruh Ha Min
memperbaiki kebiasaan itu.
Doha juga paham kalau Ha Min selalu begitu.
“Beri dia pelajaran! Ini akan menjadi masalah jika kau
berkencan dengannya,” saran Bo Ram pada Kimha yang terdengar seperti perintah.
“Kenapa kau berpikir aku akan berkencan dengannya?” sahut
Kimha, dan dipertegas oleh Ha Min dengan mengatakan kalau dia tidak mau berkencan dengan Kimha karena dia teman wanitanya.
“Apa? Kau menonton film dengannya akhir pekan lalu. Pacarku
dan aku dulu berteman juga. Tidak ada teman diantara pria dan wanita,” ujar Bo
Ram. Lalu dia menunjukkan postingan Tanpa Nama SMA Seoyeon pada Ha Min dan
menanyakan apakah dia yang menulis itu.
Ha Min sedikit membungkuk untuk menyejajarkan pandangannya
dengan HP Bo Ram. Setelah membaca status itu, pandangannya beralih ke Bo Ram
lalu ke Kimha. Ekspresi Ha Min tak berubah sama sekali.
Kimha mengatakan kalau Ha Min menyukai seseorang. Dan Ha Min
mengangguk untuk membenarkan.
“Kau?” tebak Bo Ram seraya menunjuk Kimha. Namun, Kimha
mengatakan “bukan”.
[Narasi Do Hana : Ini pembicaraan yang sudah biasa. Tapi
tidak biasa bagiku.]
Bo Ram masih yakin kalau yang menulis status itu adalah Ha
Min.
“Yah, sebenarnya ....” Ha Min akan menjawab, tapi bel sekolah
berbunyi. Jadi Ha Min mengatakan, “akan berlanjut setelah iklan berikut ini.”
Bo Ram kesal. Pokoknya
dia akan terus menanyai Ha Min sampai dia menjawab. Mereka pun pergi ke kelas.
Ha Min sempat menasihati Doha untuk tidak tidur di kelas.
Pelajaran
berlangsung. Doha terlihat bosan, sedangkan Kimha sibuk mencatat setiap
perkataan guru.
Bo Ram yang
kepo, memanggil Doha dengan berbisik. Bo Ram mengode Doha untuk mengecek HP-nya.
Rupanya Bo Ram meminta Doha untuk menanyakan pada Kimha apakah dia berpacaran
dengan Ha Min. Awalnya Doha tidak mau, tapi Bo Ram terus memohon.
Do Ha Na
: Tanyakan saja sendiri
Bo Ram :
Kau kan duduk di sebelahnya. Tanya dia sekarang
Akhirnya
Doha menyerah, dan bertanya pada Kimha.
“Tidak
mungkin,” jawab Kimha tanpa ragu. “Kenapa kau bertanya tentang Ha Min?”
“Tidak ada
apa-apa,” jawab Doha tanpa memberitahu bahwa dia disuruh Bo Ram. Lalu dia
bertanya tentang postingan yang mereka bahas tadi.
Kimha tidak
tahu apakah Ha Min yang memposting atau bukan. Namun, dia yakin kalau Ha Na
yang dimaksud adalah Do Ha Na. Dan itu membuat Doha kepikiran.
Pembicaraan
mereka berhenti karena pak guru menegur mereka. Pak Guru menyuruh mereka
berhenti bercerita. Kimha menjawab “baik, pak”, sedangkan Doha hanya diam saja.
“Kalian memiliki nama
yang sama, tapi sangat berbeda,” ujar pak guru.
Sementara itu di kelas lain, Cha Ki Hyun menunjukkan HP-nya
ke Nam Shi Woo. Namun, dia kesal karena Nam Shi Woo tidak tertarik dengan apa
yang dia tunjukkan. Dia pun beralih ke Ha Min yang duduk di belakangnya. Dia
bertanya, kapan Ha Min mengajak Ha Na berkencan.
“Kim Ha Na atau Do Ha Na?” tanya Ha Min balik.
Pertanyaan itu membuat Shi Woo merespon. Dia melirik sekilas
Ha Min. Sepertinya dia menyukai Ha Na. Do Ha Na.
“Diam, Jangan pura-pura!” kesal Ki Hyun tanpa mengalihkan pandangannya dari HP. Hanya kepalanya yang sedikit ditelengkan.
Kesekian kalinya, Shi Woo mengatakan kalau dia menyukai orang lain. Tapi Ki Hyun sama sekali tidak percaya. Yang dia percayai adalah Ha Min menyukai Kim Ha Na. Lalu, topik pembicaraan beralih ke Ha Na yang dimarahi guru matematika. Rupanya, Bo Ram memberitahu Ki Hyun melalui chat.
Jam
istirahat, Doha tidur di kelas, Kimha melanjutkan belajarnya seraya memakai handset,
sedangkan Bo Ram bermain game di HP-nya. Tiba-tiba Ha Min datang dan
langsung duduk di depan Kimha. Hal itu membuat Ha Na terkejut. Doha sampai
bangun karena suara bangku yang Ha Min duduki.
“Kim
Ha Na dimarahi,” ucap Ha Min simpati.
“Tidak
dimarahi kok,” jawab Kimha seraya tersenyum.
“Lalu
apa?”
Shi
Woo datang untuk menanyakan sesuatu pada Doha. Dia berdiri di samping Doha. Shi Woo yang
baru mengucapkan satu kata, langsung dipotong oleh Doha.
“Dia
ingin meminjam buku matematikamu.” Tiba-tiba Ki Hyun datang,
memperjelas maksud kedatangan Shi Woo. Dia juga menegaskan pada Shi Woo kalau
Doha selalu dihukum.
Doha
tidak mempedulikan kalimat terakhir Ki Hyun, dia langsung mengeluarkan buku
matematikanya dari laci. Tapi, Shi Woo mengatakan nanti saja.
“Kenapa?”
tanya Doha.
“Tidak
apa-apa,” jawab Shi Woo. *menurutku sih, Shi Woo pengen nunjukin simpatinya
pada Doha. Tapi gagal gara-gara respon Doha, dan keterangan sok tahu Ki Hyun.
Doha
memasukkan bukunya ke dalam laci lagi, lalu merebahkan kepalanya di meja untuk tidur kembali. Saat
dia baru saja memejamkan mata, tiba-tiba Ha Min mengejutkannya dengan mencondongkan badannya ke Doha.
“Ayo,
makan siang,” ajaknya.
“terlalu dekat.” Doha
mengangkat kepalanya agar wajahnya tidak terlalu dekat dengan Ha Min.
“Kenapa?
Jantungmu berdetak kencang?” ledek Ha Min, yang langsung diberi seruan oleh Bo
Ram. Lalu, dia mengajak semuanya ke kantin sebelum gombalan Ha Min keluar. *kayaknya Ha Min tipe playboy deh
Mereka
berlima pun ke kantin, sedangkan Doha masih duduk di tempatnya.
[Narasi Do Ha Na : Namaku Hana. Tujuh belas ditambah satu. Aku Hana (artinya satu), usiaku 18 tahun.]
Doha
dan Kimha pulang bersama. Kimha mengeluh karena HP-nya belum bagus juga. Kadang
menyala, kadang mati. Dia pikir seharusnya pergi ke tukang servis.
“Aku
tidak bisa menghubungi orang lain. Ini membuatku frustasi,” keluh Kimha.
“Dengan
Ha Min?” tebak Doha, yang langsung dijawab Kimha kalau mereka tidak sering
bertelepon. Kimha juga menegaskan sekali lagi kalau Ha Min menyukai seseorang.
“Kurasa
itu kau.”
“Bukan.
Ada yang bilang, dia menyukai orang lain.”
Saat
Kimha melihat layar HP-nya, tiba-tiba HP-nya bisa menyala lagi. Pesan beruntun
dari Ha Min pun masuk.
Ha
Min : Kau di mana?
Ha
Min : Kau tidak datang ke kelompok belajar?
Ha
Min : Oh ya, HP-mu kan rusak.
Doha
ikut membaca pesan itu. Dengan wajah *aku artikan dia sedikit cemburu*
dia mengutak-atik HP-nya sendiri. Terlihat kalau dia mengirim pesan ke
seseorang.
Saat
Kimha hendak membalas pesan Ha Min, HP-nya mati lagi. Dia kesal karena kelompok belajar sangat penting. Jika HP-nya rusak, dia tidak bisa pergi ke kelompok belajar.
Keesokan
harinya, keenam orang ini sedang berkumpul di kelas. Di tengah percakapan absurd
mereka, Bo Ram menyela dengan memukul meja pelan. Pandangan ke lima orang itu langsung tertuju
padanya. Sekarang dia tahu siapa yang menembak Kimha. *Dia masih kepo sama
postingan itu. Padahal yang punya nama santai saja tuh.
“Tidak
jelas itu aku atau Doha, tapi kenapa kau tahu itu?” tanya Kimha kurang yakin dengan pemikiran Bo Ram.
“Aku tahu. Itu Min,” sergahnya bersemangat.
Tebakan
Bo Ram langsung mendapat senyuman simpul dari Ha Min dan Kimha. Senyuman tak sepakat. Ki Hyun juga
tidak percaya. Dia menganggap kalau Bo Ram sedang mengarang.
[Narasi
Doha : Diantara hari-hari biasa, tidak ada pembahasan yang lumrah. Kami sudah
18 tahun, jadi tidak perlu khawatir. Tapi ada kalanya kami serius.]
“Apa
itu kau?” tanya Doha serius pada Ha Min yang kini menatapnya.
“Ingin
tahu?” tanya Ha Min balik.
No comments:
Post a Comment