Saturday, July 18, 2015

Sinopsis We Broke Up episode 7

Episode 7 “Sebagian Kenangan”


Walaupun matahari telah membumbung tinggi, tapi Ji Won Yeong masih belum juga bangun. Dia kesal dengan keputusan Ni Na. Terpaksa, Woo Ri turun tangan karena dua teman Won Yeong memohon bantuannya.
Woo Ri membuka gorden kamar Won Yeong. Won Yeong sedikit kesal karena kesilauan.
“Kau seharusnya mencari jalan keluar. Sekarang kau menyerah begitu saja?” tutur Woo Ri.



“Jangan sok tahu,” sahut Won Yeong seraya berbalik mengubah posisi tidurnya menghindari arah cahaya.
Melihat Won Yeong yang sepertinya tak mau mengubah keputusannya, Woo Ri tidak mau membujuknya lagi.

Namun, saat dia hendak pergi, dua teman Won Yeong memohon agar Woo Ri mau membujuknya sekali lagi. Terpaksa Woo Ri membantu mereka.

“Terkadang, aku sedikit berlebihan saat mendengar lagu kalian. Yah, karena aku tahu kau yang membuatnya. Tapi sekarang kau harus berpikir agar orang lain menyukai lagu itu juga.” ujar Woo Ri menasihati. Namun, nasihat itu tak dianggap baik oleh Won Yeong. Dia malah menendang-nendangkan kaki menunjukkan kalau dia tidak mau diganggu, apalagi dinasihati.
“Hei, Ji Won Yeong!” seru Woo Ri.
“Aku tidak mau berkompromi hanya karena uang. Aku ingin membuat keaslian laguku,” ucap Won Yeong kekeh dengan pendiriannya.
“Apa kau tidak merasa apapun ketika mengamen atau ditendang dari studio kalian? Seni? Kesombongan? Tidak semuanya akan bagus meskipun semua hidupmu terjamin. Kau harus berpikir apa yang paling sekarang. Bagaimanapun, kau pemimpinnya. Jadi…”
“Won Yeong, kau ada, kan?” panggil seseorang dari luar menghentikan ucapan Woo Ri.
Mendengar dia dipanggil, segera Won Yeong bangun dan memasukkan tangannya disaku celana olah raganya (dia bergaya sombong).
Orang yang memanggila Won Yeong tadi adalah Ni Na.

Dan saat, Ni Na masuk, Woo Ri pergi keluar. Sebelum sampai ke pintu, Woo Ri mendapat telpon dari Hyun Woo. Dia menyebut nama Hyun Woo saat menelpon, dan itu membuat Won Yeong melirik Woo Ri yang berjalan keluar. Rupanya Hyun Woo dan Woo Ri sudah janjian untuk bertemu.
Setelah Woo Ri pergi, Ni Na menyuruh kedua teman Won Yeong untuk meninggalkannya dan Won Yeong sendirian.


 “Kenapa kau kesini? Tidak ada yang perlu ku katakan lagi,” ucap Won Yeong setelah kedua temannya pergi.
“Won Yeong…” Ni Na memenggal kalimatnya cukup lama. Mungkin berat baginya untuk mengatakan, “Aku mengalah.”
Akhirnya Ni Na memperbolehkan Won Yeong melakukan sesuai maunya.
“Benarkah?” tanya Won Yeong memastikan.
Karena Won Yeong yang menentukan, Ni Na akan percaya padanya sekarang. Namun, jika tidak berjalan baik, Ni Na berharap Won Yeong tidak menyalahkan Ni Na. Won Yeong mengatakan dia akan mengambil tanggung jawab penuh dengan kata-katanya.
Ni Na tersenyum. Sebelum pergi, dia menyuruh Won Yeong segera menyelesaikannya karena waktu sudah mendesak.

Saat Ni Na membuka pintu, dua temannya berjonggok di depan pintu untuk menguping. Entah Ni Na melihat mereka atau tidak, karena tatapannya lurus ke depan, dia langsung menutup pintu lagi. Hal itu membuat dua teman Won Yeong terantuk pintu.


Won Yeong yang sudah hendak duduk, segera berdiri lagi kerana Ni Na kembali.

“Tapi… malam itu, bagaimana bisa kau membiarkan aku pulang seperti itu?” tanya Ni Na.
“Apa?” Won Yeong mengingat kejadian semalam. “Oh, malam pesta itu? Kau mabuk berat, jadi seperti itu.”
“Tidak. Aku serius, dan aku tidak selalu melakukan hal seperti itu. Aku berharap kau tidak berpikir aku aneh. Aku mengatakan seperti itu karena aku tertarik padamu.”


Di tempat lain, Woo Ri berjalan diam-diam untuk mengagetkan Hyun Woo yang menunggu kedatangannya. Namun, Hyun Woo sudah menyadarinya, mungkin dia melihat bayangan Woo Ri dari ponsel yang ia pegang. Jadi, saat Woo Ri sudah dekat, segera Hyun Woo mengangkat ponselnya untuk berfoto selfie. Woo Ri secara otomatis langsung bergaya. Kemudian dia sadar kalau rencananya gagal.


Hyun Woo dan Woo Ri pergi jalan-jalan dan makan bersama. Mungkin mereka kencan.


Di samping itu, mereka membahas tentang pekerjaan. Hyun Woo menanyakan hasil presentasi Woo Ri kemarin. Woo Ri menjawab bahwa presensinya tidak berjalan lancar. Lagi pula waktu wawancara dulu, Hyun Woo lah yang membantu mengedit laporannya, di tambah dia tidak punya pengalaman.
Hyun Woo menawarkan bantuannya. Dia punya laporan presentiasi dari beberapa seniornya. Woo Ri senang karena dia mau membantu. Woo Ri bertanya kapan mereka  melakukannya. Hyun Woo mengatakan hari ini karena laporannya harus dikembalikan pada seniornya besok. Hyun Woo juga menyarankan kalau membuat laporannya di rumahnya saja. Agak lama berpikir, akhirnya Woo Ri setuju.


Di studio rekaman, Won Yeong mulai mempersiapkan lagu ciptaannya. Namun, dia malah melamun. Dia memikirkan ucapan Ni Na yang mengatakan bahwa Ni Na tertarik padanya. Namun, dia langsung tersadar, dan menepuk-nepuk kedua pipinya sambil mengatakan ini bukan waktunya melamun.


Kemudian dia menyolokkan USB-nya untuk mencari track yang pernah ia ciptakan dulu. Saat dia melihat nama-nama file tersebut, ekspresinya langsung berubah jijik. Semua nama file pasti ada nama Woo Ri-nya. Dia mengatakan tak tahan melihatnya. Dia juga mengatakan dirinya sudah gila.


Kemudian dia menurunkan kursor. Ada folder bernama ‘Kita Selamanya’.
“Kapan itu dibuat?” tanya Won Yeong pada dirinya sendiri yang lupa dengan folder itu. Dia pun membuka folder itu, dan memasukkan kata sandi, namun kata sandi yang ia masukkan salah. Dia mencoba dengan kata sandi lain. Namun, juga salah.

“Ah, apa passwordnya?” Won Yeong tak ingat sama sekali. Akhirnya dia menelepon Woo Ri yang berada di rumah Hyun Woo.
“Kau sibuk? Aku ingin bertanya sesuatu.”
“Ya, aku sibuk, tanya saja cepat,” jawab Woo Ri dengan suara pelan.
“Apa kau tahu password…? Kau tahu kan, yang itu.”
“Bagaimana aku tahu. Kalau aku ingat, nanti aku akan sms.”
“Itu folder ‘Kita Selamanya’. Salah satu folder yang kita buat untuk digunakan bersama,” terang Won Yeong.
“Oh, itu.”
Won Yeong lupa passwordnya, dia pikir Woo Ri tahu. Tapi Woo Ri juga tahu.
“Ah! Mungkin ada di memoku yang di rak buku,” ucap Woo Ri.
“Oh Ya? Kalau begitu, sms aku kalau kau sudah di rumah,” pinta Won Yeong.
Woo Ri mengatakan dia akan pulang sedikit terlambat.
“Woo Ri, ini hampir selesai,” ucap Hyun Woo dari dapur. Dapur yang langsung bersambung dengan ruang tamu membuat suaranya masuk ke telpon. Makanya Won Yeong menanyakan Woo Ri berada di mana sekarang.
“Rumahnya Hyun Woo,” jawab Woo Ri jujur.
“Di rumahnya Hyun Woo? Sekarang?” tanya Won Yeong setengah membentak.
“Pokoknya, sekarang aku lagi sibuk. Kita bicara besok saja. Bye,” ucap Woo Ri menutup telponnya.
“Hei, hei, Woo RI!” bentak Won Yeong, namun panggilan sudah terputus. Dia jadi kesal. Kemudian, dia mengingat sesuatu, dia ingat kata sandinya. Walaupun kurang yakin, dia tetap mencoba.

‘We Forever’, Won Yeong mengetikkan kalimat itu, lalu Ok. Dan terbukalah folder itu. Isi folder itu adalah foto-fotonya bersama Woo Ri. Dia membuka satu per satu foto kebersamaan mereka dulu.

Sementara itu, di rumah Hyun Woo. Woo Ri mengerjakan laporan untuk presentasinya sambil menahan lapar. Dia menyuruh perutnya yang berbunyi itu untuk diam.
“Kau lapar, kan? Tunggu sebentar,” ucap Hyun Woo yang masih memasak. Dia sedang menguleni tepung yang akan dia buat mie.
“Tidak apa-apa, pelan-pelan saja,” sahut Woo Ri yang tidak mau merepotkan Hyun Woo. Walaupun sebenarnya dia sudah lapar setengah mati. Padahal Hyun Woo sudah memasak selama dua jam, tapi tidak selesai-selesai juga.


Woo Ri meregangkan tubuhnya, lalu berjalan melihat ke ruangan lain. Dia terkejut saat melihat ruangan itu ada drum. Diam-diam dia masuk ke dalam, dan memukul pelan drum dengan tangannya.


Tiba-tiba lampu menyala. Woo Ri menoleh dan mendapati Hyun Woo di depan pintu tersenyum padanya. Woo Ri meminta maaf. Namun, Hyun Woo mengatakan tidak apa-apa.
“Apa kau mau ku ajari?” tawar Hyun Woo.
“huh?”

Hyun Woo melepaskan celemeknya, lalu duduk di belakang drum. “Ini tidak akan sulit kalau kau mengerti beat dasar.” Kemudian dia mulai mempraktekkannya.
Woo Ri memberikan tepukan kepada Hyun Woo. Kemudian, Hyun Woo bertanya apa Woo Ri mau mencobanya.
“Tidak apa-apa. Tidak ada yang langsung bisa,” ujar Hyun Woo.


Woo Ri pun mencobanya. Dia mengatakan dia tidak begitu baik. Hyun Woo memberi semangat dengan mengatakan Woo Ri pasti bisa.
Saat Woo Ri memainkan drum, Hyun Woo terkejut. Permainannya lumayan baik.


“Seperti bukan pertama kali,” ucap Hyun Woo setelah Woo Ri mengakhiri permainannya.
“Yah, aku kan tinggal dengan anak band, jadi aku hanya meniru mereka,” ucap Woo Ri. “Tetanggamu mungkin akan komplen.”
“Main saja. Tidak ada seorang pun di sini, karena semua sedang liburan.”
“Jadi, aku bisa main sepuasnya?” tanya Woo Ri yang di iyakan oleh Hyun Woo.
Woo Ri memainkan drum lagi dengan perasaan yang kacau. Mungkin dia ingin melampiaskan perasaannya dengan bermain drum. Nampaknya Hyun Woo tahu persaan Woo Ri. Makanya dia menatap Woo Ri dengan sendu.
Woo Ri menundukkan wajahnya setelah ia memainkan drum. Dan tiba-tiba Hyun Woo mengecup bibirnya.

Kembali ke studio rekaman, Won Yeong tersenyum melihat foto-foto itu. Dia lalu membuka sebuah video. Video itu direkam oleh Woo Ri dan dia secara bergantian. Video itu di rekam di dekat laut, dimana mereka dapat melihat matahari terbenam dengan jelas.
Tak berapa lama, Ni Na masuk ke dalam studio. Dia memperhatikan Won Yeong dari pintu dengan sendu.
“Sejak kapan kau di sini?” tanya Won Yeong saat melihat Ni Na sudah ada di depan pintu. Dia langsung berdiri.
“Maaf. Aku tidak bermaksud melihatnya.”
“Oh, Woo Ri dan aku sudah putus,” ujar Won Yeong seraya mematikan computer.
“Aku tahu. Kau harus jeli jika ingin bertahan di industry ini. Meskipun kalian sudah putus tapi masih tinggal bersama. Ya, bisa jadi ada salah paham. Bukan berarti aku tidak mau bekerja sama jika kalian tinggal bersama. Aku berharap, kau bisa mengerti ini dengan baik.”
Won Yeong mengangguk mendengar penuturan Ni Na.
“Hmm… sekarang bukan itu masalahnya. Ada suatu info penting yang ku bawa ke sini. Kalian akan tampil di radio.

Di rumah Hyun Woo.
Woo Ri langsung berdiri dan mundur saat mendengar suara alat masak yang berbunyi menandakan masakan sudah matang. Dia mengatakan sudah lapar. Lalu dia pergi.

“Woo Ri,” panggil Hyun Woo.
Woo Ri berhenti, lalu berbalik.
“Apa itu masih berlaku?” tanya Hyun Woo.
“Apa?”
“Kau akan menebusnya dengan melakukan apapun yang aku minta.”
“Sudah ada yang mau kau minta?” tanya Woo Ri.
“Aku ingin kau keluar dari rumah kos itu,” pinta Hyun Woo.
“Apa katamu?”
“Aku merasa terganggu. Kau dan Won Yeong.”


No comments:

Post a Comment