Wednesday, July 15, 2015

Sinopsis We Broke Up episode 4



Episode 4 “23,26”

“Ini punyaku,” ucap Woo Ri saat seseorang juga hendak mengambil buku ‘Sound of Youth’
Tiba-tiba Woo Ri terjatuh dipelukan pemuda itu yang ternyata Hyun Woo.

Hyun Woo tersenyum.


Beberapa saat kemudian, Hyun Woo memberikan segelas minuman untukk Woo Ri.

“Waktu sungguh cepat berlalu, kan?” tanya Woo Ri basa basi. Tangannya meraih buku yang terletak ditengah-tengah meja (diantara mereka berdua).
“Benar,” jawab Hyun Woo. Dia juga meraih buku itu.

“Kapan kau berhenti kerja?” tanya Woo Ri.
“Belum lama ini.”
“Kau akan kembali ke sekolah?”
Mereka melakukan tarik tambang, eh maksudnya tarik buku.

Tiba-tiba Woo Ri terjatuh saat Hyun Woo melepaskan buku itu. Namun, Woo Ri segera berdiri. Kini dia berada tepat di depan Hyun Woo.
“Aku benar-benar butuh buku ini,” ucap Hyung Woo menginginkan buku itu.
Tapi, Woo Ri mengatakan kalau dia benar-benar mendesak. Dan dia meminta dialah yang membaca duluan. Dia memohon dengan mengatakan kalau mereka teman sekelas.


Tapi, Hyun Woo diam saja. Itu menandakan kalau dia kurang setuju. Terpaksa Woo Ri melakukan tariannya yang waktu itu, berharap kali ini berhasil lagi.
Hyun Woo merasa malu dilihat orang lain. Dia menyuruh Woo Ri berhenti. Dia mengatakan kalau dia mengerti. Lagi pula, mereka masih di sekitar perpustakaan. Akhirnya Woo Ri berhenti, lalu duduk.
“Sebenarnya aku akan wawancara dengan Gaha Entertainment besok. Aku harus membaca buku ini” ucap Woo Ri menjelaskan sambil meraih buku itu.
“Gaha Entertainment?”
“Mengapa? Apa terlihat aneh aku wawancara dengan Gaha Entertainment?” Woo Ri mengatakan kalau dia lebih pintar dari yang Hyung Woo bayangkan.
Tetapi, bukan itu maksud Hyun Woo. “Aku pikir kita punya satu solusi.”
“Apa itu?” tanya Woo Ri.
“Kita harus bersama malam ini di sini,” ucap Hyun Woo dengan sungkan.
“Bersama?”
“Iya.”

Di tempat konser, Band Aku Tidak Tahu mengakhiri lagunya. Beberapa detik setelah lagu berakhir, tak ada respon dari penonton.

Namun, kemudian mereka bersorak sorai. Hal itu membuat Won Yeong senang. Sebelum turun panggung, tak lupa dia mengucapkan terimakasih.


Selain itu, Ni Na juga tak kalah senangnya, karena dia yang merekomendasikan Band Aku Tidak Tahu. Bahkan dia mendapat pujian dari Ji Ho, temannya yang bekerja di tempat itu juga.


Usai berbicara dengan Ji Ho, Ni Na melihat kearah dekat panggung untuk mencari Won Yeong, namun Won Yeong dan teman-temannya telah pulang. Mereka hendak berpesta di rumah.

Hyun Woo dan Woo Ri benar-benar menghabiskan malam bersama di perpustakaan. Hyun Woo mengingatkan Woo Ri kalau masing-masing mempunyai waktu 5 menit untuk bergantian menggunakan buku.

Woo Ri setuju. Dia mengatakan jangan sampai curang. “Aku akan membangunkanmu kalau kau tertidur. Jangan berpikir negative padaku.” Kemudian mereka melakukan suit untuk menentukan siapa yang duluan menggunakan buku. Dan ternyata Woo Ri lah yang menang.

Hal itu membuatnya sangat senang. Walaupun Woo Ri yang menang, tapi Hyun Woo juga nampak senang melihat Woo Ri senang dan bersemangat.


Namun, pada akhirnya Woo Ri tertidur dengan kepala menindis buku. Dia tertidur sambil mengigau. Dia mengatakan kalau dia lapar.

Hyun Woo kasihan melihat Woo Ri, jadi dia melepas jaketnya untuk menyelimuti Woo Ri agar tak kedinginan.

Diam-diam Hyun Woo melihat laporan Woo Ri. Lalu dia beralih kecakaran Woo Ri yang berantakan.
Hyun Woo bertanya-tanya apakah itu untuk wawancara. Sungguh…hancur.


Di dalam mimpi, Won Yeong menyanyikan sebuah lagu sedih. Woo Ri berjalan mendekat. Dia menatap Won Yeong dengan sendu, kemudian berulang-ulang menyebut namanya.


Woo Ri sampai membawa mimpinya kedunia nyata. Dia mengikau dengan memanggil nama Won Yeong.

“Woo Ri!” panggil professor-nya Woo Ri membangukan. “Jika basah seperti ini, siapa yang bisa baca buku ini?”
Ya, buku yang ditiduri Woo Ri basah oleh air liurnya.
“Professor,” lirih Woo Ri bangun, namun dia tak mengangkat kepalanya, apalagi membuka matanya.


“Wawancara hari ini?” tanya professor.
“Ya, wawancara…” jawab Woo Ri masih menutup matanya. Namun, seketika Woo Ri sadar. Dia bangun dengan kebingungan karena takut terlambat.

“Woo Ri,” panggil Hyung Woo lirih yang terbangun karena suara Woo Ri. Dia memegang pundak Woo Ri lembut.


Di kos Kot Dong.
Band Aku Tidak Tahu tertidur di ruang tamu setelah berpesta semalam. Bahkan makanan-makanan dan minuman-minuman masih berserakan.
“Woo Ri! Aku sangat mengagumkan kemarin. Woo Ri!” ucap Won Yeong mengigau. “Hey!” bentak Won Yeong yang kemudian terbangun.

Saat dia membuka mata, dia melihat Kot Dong duduk di bawah sofa dengan kedua temannya yang juga di situ. Dia lalu melihat kearah kamar Woo Ri. Mungkin dia merindukannya, atau malah mengkhawarikannya? Karena saat dia membuka kamar Woo Ri, dia tak ada di dalam.


“Nomor 21, No Woo Ri,” panggil petugas wawancara. “Apa tuan No?”
Kebetulan saat nama Woo Ri di panggil, beberapa detik kemudian dia datang.
“Aku di sini. Aku tidak terlambat, kan?” tanya Woo Ri sambil ngos-ngosan.
“Nona No?” tanya petugas itu yang salah mengira kalau dia laki-laki.
“Iya,” jawab Woo Ri. Segera Woo Ri masuk, namun sebelum masuk Hyung Woo memanggilnya untuk memberikan berkas.


“Terimakasih. Aku akan menghubungimu nanti,” kata Woo Ri pada Hyung Woo, kemudian dia hendak masuk. Namun, lagi-lagi Hyung Woo menarik Woo Ri. “Kalian berdua terlihat mirip,” ujar Hyun Woo sambil melihat wajah Woo Ri lalu dibandingkan dengan si petugas yang bernama Cheon Dong itu.
“Tidak sama sekali,” kata Woo Ri yang langsung masuk.
Namun, Hyun Woo merasa benar kalau wajah Woo Ri dan si petugas mirip.

Woo Ri masuk ke dalam. Di dalam, dia langsung memperkenalkan diri,

lalu menancapkan USB miliknya ke laptop yang telah tersedia. Betapa terkejutnya saat judul yang telah ia buat berbeda dengan yang tertampil sekarang. Namun, apa boleh buat, dia telah berada di ruang wawancara. Apapun yang tertampil, dia harus mempresentasikannya karena tidak ada waktu lagi untuk mengubahnya lagi.


“Jadi, topic saya… untuk 20-an… untuk menggunakan platform SNS dari Gaha Entertainment. Dan isinya, sehingga, dengan menggunakan perangkat itu.” Woo Ri memaparkan dengan gugup, dan sangat lama padahal itu baru judulnya. Sehingga, salah satu tim penilai yang bernama Gong Joo A menyuruhnya untuk cepat, karena yang lain masih menunggu.


“Iya, baik,” sahut Woo Ri yang kemudian memencet remot untuk memindahkan ke slide berikutnya. Namun, slide tak berpindah. Woo Ri mengetuk-ngetuk remot karena mengira remotnya yang bermasalah. Kemudian dia mencoba memindahkannya melalui laptop langsung. Namun, lampu dinyalakan oleh si penilai yang duduk di tengah yang bernama Nam Geon Goo.


“Membosankan. Kau tidak punya keunikan apapun?” tanya tuan Nam. “Jika tidak, mari kita makan siang,” ajaknya pada penilai yang lain. Namun, tiba-tiba Woo Ri melakukan tariannya. Dia manari-nari hingga ke belakang juri. Dia akan melakukan yang terbaik jika mereka memberinya kesempatan.

Lucunya, tuan Nam mengangkat tangannya dan menggoyang-goyangkan seperti menikmati lagu di sebuah konser, namun tetap dengan ekspresi datarnya.

Dia berhenti saat penilai wanita, nyonya Gong memelototinya.


Woo Ri masih melanjutkan tariannya sambil kembali ke depan.
“Nona No Woo Ri!” tegur Gong Joo A.
Woo Ri pun berhenti menari.

“Datanglah untuk bekerja besok,” ujar tuan Nam tiba-tiba. Dia menyukai semangat No Woo Ri. Namun, tidak bagi nyonya Gong. Dia sampai terkejut mendengar ucapan tuan Nam yang tanpa didiskusikan terlebih dahulu.


“Nona No Woo Ri, kau tahu betapa pentingnya wawancara ini. Tetapi, nampaknya kau tidak siap,” ujar Gong Joo A.
Woo Ri meminta maaf. Dia kemudian dipersilahkan pergi.
Klik! Woo Ri mengklik mause dengan tujuan untuk mengeluarkan presentasinya, namun yang terjadi malah slide-nya akhirnya bisa berpindah, dan music juga mengalun dari presentasinya. Dia sampai terkejut sendiri.

Rupanya semalam, Hyun Woo diam-diam memperbaiki presentasi Woo Ri.

Woo Ri memohon untuk mencoba lagi, namun penilai wanita itu menolak. Tapi, bagi tuan Geon malah sebaliknya. Dia mematikan lampu yang bisa menyala dan mati sendiri hanya dengan jentikan jari.
“Silahkan secara singkat.” Tuang Geon mempersilahkan.
“Terkadang sering kali kita menemukan lagu yang cocok dengan kita. Menurutku itu sama dengan kita jatuh cinta. Bagi mereka yang berusia 20-an yang berlomba-lomba untuk mengumpulkan duit dan mendapat pekerjaan, mereka yang tidak lagi memiliki aspirasi untuk lingkungan kampus, menjadikan aplikasi music untuk menghibur mereka. Itulah Chung-choon duet,” papar Woo Ri mempresentasikan laporannya dengan lebih percaya diri.

Woo Ri selesai wawancara. Dia keluar ruangan dengan senyuman.

“”Nomor 22, Seo Hyun Woo!” panggil si petugas.
Mendengar nama temannya di sebut, Woo Ri terkejut.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Woo Ri pada Hyun Woo yang menggunakan kostum aneh.
“Aku mau wawancara juga,” jawab Hyun Woo. “Sampai jumpa.” Hyun Woo menarik nafas sekali, kemudian menyemangati dirinya sendiri lalu masuk ke dalam ruangan.


Sementara Woo Ri dan si petugas melihatnya dengan heran.

Pagi itu, Won Yeong menjaga toko lagi. Saat dia memeriksa daftar barang-barang, Ni Na datang menemuinya.
“Berapa harganya?” tanya Ni Na yang sebenarnya tak membawa belanjaan apapun.
“Ya?” Won Yeong berbalik. Saat dia melihat orang itu ternyata Ni Na, dia bertanya untuk apa dia ke sini.


“Aku bahkan tidak disambut? Aku ke sini untuk bayaran kalian.”
“Tidak perlu khawatir. Kami akan menghubungi kalian.”
“Ya sudahlah. Apa kau ingin bekerja denganku?” tanya Ni Na menawarkan.
“Bekerja apa?”

Setelah Ni Na pergi, Won Yeong memikirkan ucapan Ni Na tadi yang menawarkannya untuk nge-band. Tentu saja Won Yeong sangat senang. Dia bahkan bersorak girang. Sementara itu, Cheo Son melihat Won Yeong dengan heran.

Kemudian Won Yeong melepas rompi kerjanya, dan diberikan kepada Cheo Son. Dia mengatakan kalau dia akan memberitahu pemilik toko. Tak lupa dia memberi semangat kepada Cheo Son sebelum pergi.

“Kau harus bayar pisang yang kau makan,” ucap Cheo Son mengingatkan kalau Won Yeong memakan pisang milik toko.

“Aku tidak melakukan sesuatu yang besar. Aku hanya merevisi note-mu, merubah beberapa desain, menambahkan music, mengantarmu wawancara tepat waktu, dan…”
Belum sempat Hyun Woo menyelesaikan ucapannya, Woo Ri langsung menjejalkan makanan ke mulut Hyun Woo.
“Aku mengerti,” ucap Woo Ri.


“Bercanda,” ucap Hyun Woo seraya tersenyum. “Kau sudah membuat semuanya.
Setelah dipikir-pikir, Woo Ri punya banyak hutang pada Hyun Woo. Seperti waktu itu, dia membantunya soal gitar.
“Oh iya, kau vokalis anggota band juga?”
“Itu sudah lama,” jawab Hyun Woo.
“Kenapa? Aku menyukainya. Apa kau yang menulis lagu itu?”
Hyun Woo mengangguk, lalu berkata dia hanya latihan membuat lagu saja. “Lumayan bagus, kan?”
“Tentu saja. Aku akan membayarmu jika aku mendapat pekerjaan ini.”
Mereka lalu bersulang.
“Bisakah aku bertanya sesuatu?” tanya Hyun Woo.
“Sekarang?”
“Iya.”
“Tentu. Ini tidak akan dikenakan biaya.”
“Kau punya pacar?”
“Hah? Hh.. Baru saja putus. Belum lama ini,” jawab Woo Ri jujur.
“Kenapa kalian putus?"
Woo Ri mengatakan tidak tahu. Hanya terjadi begitu saja. “Pertanyaan untuk malam ini, CUKUP.”


Hyun Woo mengingat kejadian waktu dulu saat pesta penyambutan mahasiswa baru. Saat Woo Ri maju ke depan, dan menatap Won Yeong dengan wajah berseri, Hyun Woo merasa terpukul. Nampaknya dia sudah menyukai Woo Ri sejak lama.


Hyun Woo berjalan ke kos-kosan. Dia bergumam tentang penghasilan yang akan dia dapat nanti.
“Jika aku mendapat uang muka, aku bisa pindah ke apartemen dekat studio. Dan yang terakhir, haruskah aku memberikan Woo Ri hadiah perpisahan juga? Tidak. Mengapa aku melakukan itu? Aku yang bekerja keras. Tidak apalah. Banyak kuterima dari dia juga.” Kemudian dia memuji dirinya sendiri sebelum dia melihat Woo Ri berjalan dengan seorang pria. Seketika raut wajahnya langsung berubah.


“Cintai negaramu, cintai teman sekelasmu,” ujar Woo Ri dengan sedikit sempoyongan karena mabuk. Makanya Hyun Woo merangkulnya untuk membantunya berjalan.

“No Woo Ri?” heran Won Yeong. Kemudian dia segera bersembunyi.

Won Yeong melihat Woo Ri hendak masuk, namun dicegah oleh Hyun Woo. Dari sisi Won Yeong berada, Hyun Woo seperti mencium Woo Ri. *tapi menuruku tidak. Hal itu membuat ekspresi Won Yeong yang semula ceria berubah menjadi masam.


No comments:

Post a Comment