Wednesday, August 19, 2015

Journay to the Past part 4



cuplikan part 3

     Di kamar, Soo Jung mengeluarkan barang-barang kantornya dari kardus. Tiba-tiba dia teringat kalung itu. Kemudian dia mencari-cari kalung itu, namun tak ketemu.

    “Hhh..” Soo Jung mendesah. “Kalung itu pasti sudah hilang. Itu kan hanya bisa aku gunakan sekali.”

    Pyaaarrr!

    Peperangan rumah tangga dimulai lagi.

    “Aku memberikan surat ini supaya kamu tanda tangani! Tapi kenapa kamu tidak menandatanganinya?! Apa karena nanti rumah ini akan menjadi milikku, makanya kamu tidak mau menandatanganinya, hah?” bentak ayahnya.

    “Rumah ini milik kita bersama,” ucap ibunya dengan suara yang miris.

Kemudian terdengar suara pipi ditampar. Segera Soo Jung keluar kamar.


“Ayah! Berhenti!” teriak Soo Jung mendekap ibunya, mencoba melindungi ibunya yang hendak dipukul lagi.


--------------------


Part 4


“Ayah, sudah gila?! Kenapa ayah mukuli ibu terus?!”

“Apa? Gila?!”

“Soo Jung, jaga ucapanmu, nak,” ucap ibunya menasihati agar ayahnya tak semakin marah.

“Dulu ayah bilang kalau ibu satu-satunya yang ayah cintai. Tapi sekarang apa? Ayah, kumohon jangan seperti ini lagi. Ayah ingat kapsul waktu yang ayah buat bersama ibu dulu? Sekarang ayo kita buka kapsul waktu itu. Ibu bilang, itu berguna disaat seperti ini,” ujar Soo Jung menahan sesak didadanya.

“Hh.. Kapsul waktu. Tidak ada gunanya lagi! Kalau kamu tidak mau aku pukuli lagi, tanda tangani saja surat ini!” suruh ayahnya pada ibunya. Kemudian dia pergi.

“Ibu, lebih baik ibu tanda tangani surat ini. Aku tidak mau ibu terluka. Soal rumah, kita bisa menyewa apartemen kecil dengan uang gajiku,” ujar Soo Jung.

“Tidak bisa, Soo Jung. Kita harus tetap tinggal di sini. Ibu, kamu, dan ayah kamu.”

“Tapi, bu…”

“Soo Jung. Ibu akan berusaha sebisanya untuk mempertahankan rumah tangga ini.”

“Kalau begitu, dimana kapsul waktu itu?”

“Maaf, Soo Jung. Ibu lupa. Ibu sudah menggali disemua halaman, tapi ibu tidak menemukannya.”

y y y

    Sudah beberapa hari Soo Jung tidak pulang ke rumah. Handpone-nya juga tidak aktif. Dia berada jauh dari rumah, karena tidak mau melihat orang tuanya berkelahi lagi. Walaupun dalam hatinya, dia kasihan pada ibunya, dan ingin membawanya bersamanya, jauh dari ayahnya. Namun, ibunya lebih memilih tetap di samping ayahnya. “Bodoh.” Terkadang itu yang Soo Jung ucapkan untuk ibunya.

    Di sebuah desa kecil di Jeju dengan pemandangan yang masih asri, Soo Jung menghabiskan beberapa hari belakangan di sana. Dengan uang tabungannya, dia menyewa kamar penginapan. Dia tak berniat bekerja dulu. Dia ingin menjernihkan pikirannya terlebih dahulu di sana.

    Setiap pagi, Soo Jung berkeliling hanya untuk menghirup udara segar.

    “Jung Soo Jung?” panggil seseorang yang terdengar agak ragu. Mungkin dia takut salah orang.

    Soo Jung berbalik. Dia terkejut saat melihat orang yang memanggilnya adalah Kang Min Hyuk.

    “Min Hyuk, oppa?”

    “Ah, ternyata betulan kamu. Aku pikir aku tidak bisa bertemu kamu lagi setelah hari itu. Bagaimana kabarmu?” ucap Kang Min Hyuk lega.

    “Begitulah. Bagaimana bisa kamu ada di sini?”

    “Aku ada project di sini. Hmm.. Sebenarnya aku tidak dipecat sama ‘orang itu’, karena tepat hari itu, aku sudah dipindahkan ke departemen lain. Jadi dia tidak punya hak untuk memecatku.”

    “Jadi, itu sebabnya kamu bertindak seenaknya?”

    “Bukan begitu. Aku juga sudah kesal dengan orang itu. Lihat saja, dia tidak akan bekerja sampai tahun depan.”

    “Jangan mendoakan orang yang jelek-jelek,” tutur Soo Jung.

    “Kamu tidak marah lagi sama aku, kan?”

    “Sebenarnya aku tidak pernah marah sama kamu.”

    “Benarkah? Syukurlah.”

    Mereka lalu pindah duduk di bangku yang berada di bawan pohon.

    “Ha Won-a!” panggil Kang Min Hyuk dengan nada serius.

    “Ya?”

    “Sebelumnya aku minta maaf kalau aku lancang. Tapi, apa kamu ada masalah di keluargamu?”

    Soo Jung tak langsung menjawab. Dia hanya menatap Min Hyuk.

    “Maaf, aku melihat orang tuamu berkelahi waktu aku datang ke rumahmu.”

    Dia menunduk sebentar, lalu dia mengakat kepalanya setelah menarik napas dalam-dalam.

    “Keluargaku sudah hancur. Aku sudah mencoba supaya mereka bersatu lagi, tapi aku gagal. Itu sebabnya aku lari ke sini,” jawab Soo Jung jujur.

    “Kamu tidak seharusnya lari. Aku yakin, kamu bisa menyatukan mereka kembali.”

    “Aku sudah mencoba, tapi aku gagal. Kamu tahu? Aku bahkan sampai pergi ke masa lalu.”

    “Masa lalu?”

    “Ah, maaf. Kamu pasti tidak percaya.”

    Tiba-tiba hujan deras mengguyur. Maklum, dari pagi tadi awan gelap tidak pergi dari langit.

    Kang Min Hyuk dan Soo Jung berlari ke teras sebuah penginapan yang kebetulan berada di dekat mereka.

    “Kamu basah. Ayo ke kamarku. Ada handuk kering di sana,” ajak Kang Min Hyuk tanpa ada niat buruk.

    “Kamu menginap di sini?”

    “Kebetulan iya,” jawab Min Hyuk, lalu menuntun Soo Jung ke kamarnya.

    “Lap badanmu,” suruh Kang Min Hyuk memberikan handuk kepada Soo Jung setelah mereka tiba di kamarnya.

    “Aku buatkan teh hangat dulu ya.”

    Soo Jung hendak menolak, namun Kang Min Hyuk keburu pergi ke dapur. Jadi, sambil mengelap badannya yang basah, dia memperhatikan tempat ruangan itu. Dia melihat-lihat foto yang terpampang di meja. Foto-foto Kang Min Hyuk, dan…

    “Anak kecil ini,” ujar Sung Ha Won lirih sambil memperhatikan baik-baik foto anak kecil yang tak asing baginya. Ya. Tak salah lagi. Anak kecil di foto ini adalah anak kecil yang sama yang pernah ia selamatkan saat dia menjelajah waktu.

    “Ini tehnya.” Kang Min Hyuk memberikan secangkir teh kepada Soo Jung.

    Soo Jung menerimanya. “Ini foto siapa?” tanyanya.

    “Itu… aku,” jawab Kang Min Hyuk.

    Seketika Soo Jung terdiam. Dengan gugup, dia meminum teh itu tanpa hati-hati sehingga dia terlonjak karena lidahnya serasa terbakar.

    “Hati-hati, tehnya panas,” ucap Min Hyuk yang jadi gugup juga. Kemudian dia memberikan tissue dan mengambil cangkir Soo Jung lalu menaruhnya di meja.

    “Jung Shin?!” pekik Soo Jung melihat Jung Shin yang tiba-tiba masuk ke dalam.

    “Anyeong, Jung Soo Jung. Kita ketemu lagi,” ujar Jung Shin menyapa Soo Jung.

    “Oh iya. Waktu itu aku mau kembalikan kalungmu yang terjatuh. Tiba-tiba dia mengikuti aku. Ini.” Dia memberikan kalung itu pada Soo Jung. Namun Soo Jung tak langsung mengambilnya.

    “Kenapa kamu kasih aku? Kamu tahu kan kalung itu kalung apa?” tanya Soo Jung.

    “Aku tahu. Tapi, aku tidak membutuhkannya.”

    “Itu betul, Jung Soo Jung. Dia tidak mau menggunakannya. Aku sudah bilang kalau kalung ini bukan milikmu lagi, tapi dia tetap menyimpannya. Tapi, aku senang. Karena aku bisa jalan-jalan ke Jeju,” ujar Jung Shin menimpali.

    “Soo Jung, tadi kamu bilang kalau kamu gagal menyatukan keluargamu lagi. Itu karena aku, kan? Karena kamu menyelamatkan aku dari kecelakaan, kan?”

    “Min Hyuk oppa…”

    Kang Min Hyuk mengulurkan tangan Soo Jung, lalu memberikan kalung itu, dan menggenggamkannya.

    “Aku sudah bertanya pada Jung Shin. Kamu bisa menggunakan kesempatanku. Kamu bisa kembali ke masa lalu dan cari tahu apa yang kamu cari,” ujar Kang Min Hyuk.

    “Apa maksudmu, kamu menyuruhku mengabaikanmu?”

    Kang Min Hyuk mengangguk pasti. Namun dengan mata berbinar. “Abaikan aku. Jangan selamatkan aku.”

    “Tidak. Aku lebih baik tidak kembali ke sana. Kalau aku mengabaikanmu, kamu yang sekarang akan menghilang.”

    “Aku tahu. Tapi keluargamu lebih penting… Aku senang bisa bertemu kamu. Aku sangat berterimakasih karena kamu menyelamatkanku waktu itu. Aku tidak masalah jika kamu tidak menyelamatkanku lagi. Toh, sebenarnya takdirku cuma sampai umur 7 tahun. Aku bisa sampai diumurku yang sekarang tentunya karena kamu. Tapi, kamu juga tidak salah kalau aku mati diumur 7 tahu. Memang seperti itu seharusnya.”

    “Oppa…”

    “Pergilah ke masa lalu dan abaikan aku. Kumohon!”

    Dengan perasaan yang masih bimbang, Soo Jung memutar tuasnya setelah memakai kacamata hitam besar yang ia bawa di tasnya. “Ku mohon, bawalah aku ke masa lalu dimana ayah dan ibuku hendak mengubur kapsul waktu.” Lagi, Soo Jung merasakan getaran yang sama. Beberapa saat kemudian, getaran itu berhenti. Soo Jung membuka matanya. Dia kembali lagi di tempat yang sama. Ayah dan ibunya juga masih berada di tempat yang sama seperti waktu itu.

    Soo Jung mengedarkan pandangan ke luar jendela. Dia melihat beberapa anak bermain di taman yang letaknya di seberang jalan. Dia melihat Kang Min Hyuk kecil yang sedang bermain bola sendirian tanpa pengawasan.

    Soo Jung segera berdiri saat orang tuanya hendak pergi. Dia tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Saat dia keluar, Soo Jung sempat bimbang. Dia harus mengikuti orang tuanya atau menyelematkan anak kecil yang sekarang sedang berlari menuju jalanan.


    Brakkkk….!!!

y y y


Sebelum baca part berikutnya, baca dulu ini

No comments:

Post a Comment