“Ku mohon, bawalah aku ke masa lalu dimana ayah dan ibuku hendak mengubur kapsul waktu.” Kemudian dia memutar tuas kalung. Dengan mata yang terpejam, Soo Jung merasakan ada getaran. Namun, bebarapa saat
kemudian getaran itu hilang. Dan saat dia membuka mata, dia berada di sebuah restoran.
Soo Jung berhasil kembali ke masa lalu. Walaupun dia belum melihat ayah dan ibunya, tapi penampilan orang-orang dan dekorasi tatanan restoran, menandakan kalau dia bukan berada di tahun 2000-an.
Soo Jung mengedarkan pandangannya untuk mencari ayah dan ibunya.
“Itu mereka!” seru Soo Jung dalam hati saat melihat ayah dan ibunya duduk tak jauh darinya. Dia mengamati kedua orang tuanya, eh calon kedua orang tuanya yang sedang menulis sesuatu. Tepat saat itu, masing-masing dari mereka memasukkan amplop besar ke dalam sebuah kotak. Soo Jung yakin kalau kotak itu adalah kapsul waktunya.
Soo Jung mengikuti mereka keluar restoran. Dia yakin kalau mereka hendak menguburkan kapsul waktu itu.
Tiba-tiba Soo Jung melihat mobil yang melaju kencang sedangkan di sana ada seorang anak laki-laki yang berlari ke tengah jalan untuk mengambil bolanya yang terlempar. Spontan, Soo Jung berlari untuk menyelamatkan anak itu.
Brakkkk!
Mobil itu berbelok arah dan menabrak tiang. Menegangkan bagi yang melihat. Namun, mereka langsung bernapas lega karena Soo Jung dan anak kecil itu selamat.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya Soo Jung pada anak kecil yang sekarang berada di dekapannya. Dia berhasil mendorong anak itu keluar jalanan sebelum mobil itu menabraknya.
Dengan tatapan shock, anak itu mengangguk.
“Syukurlah,” ucap Soo Jung seraya tersenyum.
Kemudian, banyak orang yang mengerumuni mereka, dan menanyakan keadaan mereka. Mobil itu juga dikerumuni warga. Mereka terlihat marah pada si pengemudi. Nampaknya si pengemudi sedang mabuk.
Karena peristiwa itu, Soo Jung kehilangan setengah waktunya. Dia juga kehilangan jejak orang tuanya. Dengan pasrah, namun penuh harapan, dia mencari orang tuanya. Dia harus menemukan orang tuanya sebelum waktunya habis.
Waktu berjalan serasa sangat cepat. Namun, Soo Jung belum menemukan orang tuanya.
Saat waktu tinggal 5 menit lagi, Soo Jung berhenti berlari. Ditariknya napas dalam-dalam. Rasanya berat untuk menarik napas. Dia masih ingin mencari orang tuanya, namun melihat waktu yang tersisa, itu tidak mungkin.
Kesempatan terakhirnya, apakah berakhir sia-sia?
Tiba-tiba Soo Jung sudah berada di kamarnya saat dia membuka matanya. Dia terpaku dengan mata berkaca-kaca. Kesempatannya terbuang sia-sia.
Tiba-tiba ponselnya berdering, tanda ada panggilan masuk.
“Yeoboseyo, Min Hyuk Oppa.”
“Kamu dimana? Kenapa terlambat? Orang itu, maksudku pak Park nyariin kamu. Aku bilang sama dia kalau kamu ngitung persediaan di gudang. Jadi, dia kembali ke ruangannya. Cepat ke sini, Soo Jung!” ujar Kang Min Hyuk penuh perhatian.
y y y
“Kamu dipecat!!” tukas tuan Park pada Soo Jung saat Soo Jung menemuinya di ruangan.
Soo Jung terkejut mendengarnya, namun dia tak mencoba untuk memohon agar dia tak dipecat. Dia sudah pasrah dengan hidupnya. Kemudian, Soo Jung keluar, dan kembali ke mejanya. Dia mengambil kardus di bawah mejanya, lalu memasukkan barang-barangnya ke dalam kardus.
“Soo Jung, kenapa kamu memberesi barang-barangmu? Ada apa?” tanya Kang Min Hyuk khawatir.
Soo Jung tak menjawab. Dia berhenti mengemasi barang-barangnya, namun terus menundukkan kepalanya.
“Jangan bilang kalau kamu dipecat,” ucap Kang Min Hyuk.
Lagi-lagi Soo Jung tak menjawab. Dia malah menangis terisak.
“Jadi kamu benar dipecat,” ucap Kang Min Hyuk menarik kesimpulan. Kemudian dia pergi ke ruangan tuan Park.
“Kenapa kamu memecat Jung Soo Jung?!” bentak Kang Min Hyuk.
“Apa? ‘Kamu’? Aku ini atasanmu. Berani-beraninya bicara nonformal pada atasanmu!”
“Aku tidak peduli. Atasan macam apa kamu ini? Seenaknya memecat karyawan! Jung Soo Jung tidak pantas dipecat!”
“Hey! Aku punya hak memecat anak buahku. Dan asal kamu tahu, aku tidak sembarangan memecat. Dia sudah tiga kali terlambat. Kamu tahu, kan kalau presdir paling tidak suka dengan keterlambatan. Dan tiga kali itu akan menjadi sering nantinya,” ujar tuan Park tidak kalah sengitnya.
“Cuma karena itu?”
“Tentu saja tidak. Beberapa kali pekerjaan yang aku berikan tidak dia selesaikan dengan baik. Masih ada kesalahan-kesalahan.”
Kang Min Hyuk yang mencoba menahan amarahnya langsung meninju tuan Park. Dia kesal karena tuan Park selalu menyiksa karyawan dengan memberikan pekerjaan yang dedline-nya yang cuma satu hari. Tidak masuk akal menurutnya. Terlebih tuan Park tidak punya belas kasihan. Jika dia tidak menyukai seseorang, dia akan memberikan orang itu tugas banyak sampai tidak punya hari libur.
Tuan Park terkejut karena tiba-tiba Kang Min Hyuk memukulnya. Pukulan itu membuat bibirnya berdarah.
“Apa-apaan kamu ini! Kamu juga aku pecat!” tandas tuan Park yang membuat Kang Min Hyuk melayangkan pukulannya lagi, lagi, dan lagi.
Beberapa karyawan masuk kedalam ruangan karena mendengar kegaduhan. Mereka langsung menarik Kang Min Hyuk, dan menahannya. Soo Jung yang kebetulan belum pergi, menyaksikan perkelahian itu.
“Aku juga tidak mau bekerja dengan kamu lagi!” ucap Kang Min Hyuk menunjuk tuan Park. Dia pun pergi sambil menarik tangan Soo Jung.
Kang Min Hyuk masih menarik tangan Soo Jung sampai keluar
kantor.
“Lepas!” Sung Ha Won terlihat kesakitan.
Kang Min Hyuk yang sepertinya terlalu keras menggenggam
tangan Soo Jung langsung melepasnya.
“Maaf,” ucap Kang Min Hyuk.
Soo Jung menatap tajam Kang Min Hyuk.
“Kenapa kamu bertindak seperti itu?” tanya Soo Jung kesal karena tidak suka tindakan brutal Kang Min Hyuk.
“Orang itu yang salah,” jawab Kang Min Hyuk.
“Min Hyuk oppa, jangan selalu membantuku. Ini akibatnya karena kamu selalu membantuku. Kamu jadi tidak punya pekerjaan sekarang.”
“Soo Jung-a,” lirih Kang Min Hyuk. Dia melihat air mata Soo Jung mengalir lagi. Refleks, dia menghapus air mata yang membasahi pipi Soo Jung. Namun, Soo Jung langsung menepisnya.
“Berhenti membantuku! Dan jangan menemuiku! Aku tidak mau bertemu denganmu lagi!” ucap Soo Jung dengan keras. Kemudian dia pergi meninggalkan Kang Min Hyuk yang terpaku karena ucapannya.
y y y
Di kamar, Soo Jung mengeluarkan barang-barang kantornya dari kardus. Tiba-tiba dia teringat kalung itu. Kemudian dia mencari-cari kalung itu, namun tak ketemu.
“Hhh..” Soo Jung mendesah. “Kalung itu pasti sudah hilang. Itu kan hanya bisa aku gunakan sekali.”
Pyaaarrr!
Peperangan rumah tangga dimulai lagi.
“Aku memberikan surat ini supaya kamu tanda tangani! Tapi kenapa kamu tidak menandatanganinya?! Apa karena nanti rumah ini akan menjadi milikku, makanya kamu tidak mau menandatanganinya, hah?” bentak ayahnya.
“Rumah ini milik kita bersama,” ucap ibunya dengan suara yang miris.
Kemudian terdengar suara pipi ditampar. Segera Soo Jung
keluar kamar.
“Ayah! Berhenti!” teriak Soo Jung mendekap ibunya, mencoba melindungi ibunya yang hendak dipukul lagi.
--------------------
Bersambung
Bersambung
No comments:
Post a Comment