“Apa ini… Chanyeol?”
“Chanyeol,” kata Sehun bersamaan dengan D.O saat menyebut nama
Chanyeol.
“Aaaaa…!” Chanyeol berteriak tertahan sambil menutup wajahnya.
“Ada apa?” tanya Baek Hyun terkejut lalu
menghentikan aktivitas menulisnya. Chanyeol mengatakan bahwa dia sedang kacau.
Baek Hyun bertanya apa maksudnya.
“Apa kau…” Baek Hyun mulai menebak yang bukan-bukan, tapi ucapannya
terpotong oleh Chanyeol.
“Aku tidak bisa berpikir tentang melodi merdu,” kata Chanyeol.
“Kau membuatku takut,” desah Baek Hyun. Lalu dia kembali menulis.
“Baek Hyun, kenapa kau tidak mencari penulis yang lain?” tanya Chanyeol
menyarankan.
“Jangan bodoh. Aku terlalu khawatir tentang Suho sekarang,” kata Baek
Hyun. Chanyeol bertanya keadaan Suho. Baek Hyun menjawab bahwa keadaan Suho
memburuk di rumah sakit. Dia tertekan.
Chanyeol Nampak sedih. Dia menyesal karena keadaan
Suho sekarang disebabkan olehnya. Dia pun berdiri dan mulai mencari apa yang
dia cari, tujuan dia pergi ke rumah kakeknya lagi.
Sementara itu, Sehun dan D.O masih berdiskusi tentang foto itu. Sehun
yakin 100% bahwa anak laki-laki di foto itu adalah Chanyeol. Dia harus mencari
tahu kebenarannya. Lalu, Chanyeol datang untuk minum.
“Apa yang kau lihat?” tanya Chanyeol menyadari kedua temannya itu
menatapnya aneh. Sehun dan D.O tak menjawab. Mereka hanya sedikit mengalihkan
pandangan.
“Apa?!” tanya Chanyeol membentak. Kemudian dia pergi.
Saat Chanyeol pergi, Sehun dan D.O melihat ke foto itu sebentar, lalu
sama-sama berkata bukan. Bukan dia.
“Kakek, aku sedang melakukannya. Kenapa aku di tempat yang sama?” keluh
Yeon Hee sambil berlari. Kelihatannya dia hanya berlari di tempat.
“Aku tidak akan pernah melepaskan tanganku,” jawab kakek itu yang
ternyata adalah kakek Chanyeol. Tapi, tubuh kakek Chanyeol berkali-kali lebih
besar dari pada Yeon Hee. Yeon Hee berlari-lari di telapak tangan kakek
Chanyeol tanpa berpindah tempat. Dia memohon pada kakek untuk membiarkannya
pergi. Kakek Chanyeol mengatakan dia akan membiarkan Yeon Hee pergi jika Yeon
Hee menjawabnya dengan benar.
“Menjawab apa?” tanya Yeon Hee masih terus berlari.
“Rudolph adalah rusa si hidung merah. Apa itu merah?” tanya kakek
Chanyeol. Yeon Hee menjawab apel. Jawaban itu salah.
“Hyuna,” jawab Yeon Hee lagi. Kakek Chanyeol mengerutkan kening lalu
menggeleng sambil berdecak. Artinya jawaban Yeon Hee salah lagi.
“Kakek, berapa lama lagi aku seperti ini?” tanya Yeon Hee berharap
selesai. Kakek Chanyeol menjawab Yeon Hee akan seperti itu sampai dia ingat. Tapi
Yeon Hee bingung. Dia benar-benar tidak tahu maksud kakek Chanyeol.
“Kumohon, kakek.”
Tiba-tiba Yeon Hee jatuh dari tempat tidurnya.
“Kakek?” kata Yeon Hee membuka matanya. Ibunya sudah ada di situ dan
mengomelinya. Ibu Yeon Hee berkata apa Yeon Hee tidak mengenali ibunya sendiri.
Yeon Hee mengucek matanya, lalu sadar bahwa dihadapannya adalah ibunya. Yeon
Hee menjelaskan bahwa kakek Chan ada di dalam mimpinya karena dia selalu pergi
ke rumah sebelah.
Chanyeol mulai mencari ulang di ruang tengah. Dia membuka semua laci
dan lemari. Mencari dibalik buku-buku. Semua sisi di ruangan itu ditelusurinya.
Tapi dia tak menemukan apapun.
Karena terlalu lama mencari, dia merasa gerah. Jadi dia membuka sweater-nya
dan menggunakannya di tiang. Karena beratnya sweater itu, gagang tiang
gantungan itu jadi turun, lalu lemari di situ bergeser.
Terlihat
sebuah ruangan rahasia. Chanyeol terkejut. Perlahan dia masuk ke dalam. Banyak
barang-barang di dalam. Dan seperti ruangan yang tak pernah dipakai pada
umumnya, barang-barang di situ penuh dengan debu. Chanyeol berjalan melewati
lorong itu, lalu dia menemukan sebuah ruangan. Gelap, tapi untungnya lampu
masih dapat berfungsi saat Chanyeol menyalakannya. Ruangan itu seperti yang ada
di foto Chanyeol dan kakeknya.
Yeon Hee baru saja mengambil pakaian kotor untuk di cuci. Saat dia
melewati ruang tengah, dia berhenti sebentar untuk merapikan bantal. Tak
sengaja dia melihat foto kecilnya tergeletak di situ.
“Ini fotoku,” pekik Yeon Hee. Seketika dia menyembunyikan fotonya
dibalik punggunggnya.
“Kenapa ini di sini?” tanyanya khawatir. Lalu dia memperhatikan foto
itu lagi. “Mungkin… Tidak, aku yakin,” kata Yeon Hee curiga. “Pasti Kwang Soo
yang melakukan ini,” kesalnya.
Lalu dia mengangkat kembali bak cuciannya, dan melihat sweater Chanyeol
tergantung. Dia pun mendekat untuk mengambil sweater itu karena
mengiranya pakaian kotor. Saat dia sudah dekat, dia melihat sebuah ruangan lain. Sambil mengambil sweater itu,
dia masuk ke dalam ruangan. Tanpa dia sadari, lemari itu kembali bergeser dan
menutup.
Saat terdengar bunyi ‘Brakk’, Yeon Hee baru terlonjak kareka
terkejut.
“Siapa itu?” tanya Chanyeol dari dalam. Segera Yeon Hee bersembunyi
dengan bak cucian menutupi kepalanya. Tapi tentu saja Chanyeol tahu. Dia mengetuk-ketuk
bak cucian itu, tapi Yeon Hee tak bergeming. Chanyeol menyakan akan berapa lama
dia seperti itu. Barulah Yeon Hee membuka bak cucian itu. Dia mengulurkan
tangan untuk meminta tolong pada Chanyeol agar membantunya berdiri. Tapi
Chanyeol malah bersikap acuh.
“Tempat apa ini?” tanya Yeon Hee takjub saat masuk kedalam ruangan.
Chanyeol menjawab bahwa itu bukan urusannya. Yeon Hee mendengus kesal.
Lalu Yeon Hee menatap Chanyeol. Walaupun Chanyeol tak menghadap kearah
Yeon Hee, tapi dia dapat melihatnya dari samping. Makanya dia bertanya apa Yeon
Hee menatapnya.
“Jangan bodoh,” elak Yeon Hee. Chanyeol hanya tersenyum.
“Ini pasti tempat persembunyian kakek,” kata Yeon Hee. Chanyeol
menatapnya. Yeon Hee menjelaskan bahwa dulu kakek tinggal di situ. “Kenapa
kakek tidak pernah memberitahumu tempat ini? Ini tempat yang bagus untuk petak
umpet.”
“Jadi kau sudah menyelinap ke sini sejak kecil?” tanya Chanyeol
menggoda. Yeon Hee hanya memasang muka jutek.
Lalu tak sengaja Yeon Hee melihat mainan lompat tali berwarna pink. Dia
menjelaskan bahwa temannya tinggal di sini waktu kecil. “Saat wajahku memerah…”
Tiba-tiba Yeon Hee berhenti berbicara. Chanyeol mengatakan bahwa dia tahu
tentang itu. Chanyeol bisa melihatnya dari jarak 100 m.
“Ngomong-ngomong, sesekali wajahmu memerah. Dia memberiku ini padaku.
Dia menyruhku untuk lompat tali. Jadi aku bisa memberitahu teman-temanku kenapa
wajahku merah,” terang Yeon Hee menceritakan masa kecilnya yang Chanyeol juga
tahu.
“Waktu itu dia berumur 6 tahun,” kata Chanyeol sambil tersenyum bangga.
“Bagaimana kau tahu dia berumur 6 tahun?” tanya Yeon Hee terkejut.
“Menurutmu dari mana aku tahu?” tanya Chanyeol balik. Tapi Yeon Hee
malah mengatakan dia terdengar kekanak-kanakan. Persis seperti anak TK.
“Lupakan itu. Apa yang aku tunggu?” kesal Chanyeol. Lalu dia mengajak
keluar.
Chanyeol
berjalan di depan, sedangkan Yeon Hee terlihat sangat suka dengan tempat itu,
jadi dia berjalan agak lamban sambil melihat benda-benda di situ.
Tiba-tiba Chanyeol berjalan cepat menghampirinya dengan wajah emosi.
“Kenapa?” tanya Yeon Hee panik. Spontan dia langsung mundur. Chanyeol
bertanya apa Yeon Hee menutup pintu.
“Mungkin,” katanya dengan agak ragu. Tapi kemudian dia berkata dengan
tegas bahwa itu tertutup sendiri. “Apa kau punya kunci?” tanya Yeon Hee karena
Yeon Hee pikir Chanyeol punya kunci pintu itu.
Chanyeol bertanya dengan marah kenapa Yeon Hee membawa sweater-nya
ke sini. Yeon Hee mengatakan dia kira itu untuk dicuci.
Chanyeol berbalik. Dia lalu memberikan tangannya. Kemudian Yeon Hee
memegang tangan Chanyeol. Tapi Chanyeol malah melepasnya dan bertanya apa yang
dia lakukan. Ternyata Chanyeol meminta ponsel Yeon Hee, bukan tangan Yeon Hee.
Tapi, sialnya, Yeon Hee melupakan ponselnya.
Chanyeol memukulkan kepalanya ke dinding. Dia benar-benar kesal. Yeon
Hee meminta maaf. Mereka berdua berteriak memanggil orang rumah, tapi tidak ada
yang mendengarnya sampai malam menjelang.
Tentu saja tidak ada yang mendengarnya. Hari itu, tidak ada seorang pun
yang pergi ke situ. Di samping itu, Sehun dan Baek Hyun sibuk bermain game
dengan heboh.
Sedangkan
orang di rumah Yeon Hee, mereka tertidur di depan TV.
Alhasil, Chanyeol dan Yeon Hee terkurung di situ. Yeon Hee mengeluh
karena tidak ada pemanas. Dia merasa kedinginan. Sedangkan Chanyeol, dia
menyelimuti tubuhnya dengan sweater-nya dan pakaian yang di bawa Yeon
Hee tadi.
“Mendekatlah,” suruh Chanyeol.
“Apa?”
“Mendekat!” Chanyeol menarik Yeon Hee agar mendekat, lalu dia
menggunakan Sweater-nya bersama sambil mengatakan ini keadaan darurat.
Hanya berdua di ruangan itu, mereka merasa canggung.
“Sial. Hei, kau penipu,” kata Baek Hyun berdiri dari duduknya. “Dengar.
Aku…”
No comments:
Post a Comment