cuplikan part 3
Di
kamar, Soo Jung mengeluarkan barang-barang kantornya dari kardus. Tiba-tiba dia
teringat kalung itu. Kemudian dia mencari-cari kalung itu, namun tak ketemu.
“Hhh..” Soo Jung mendesah. “Kalung itu pasti
sudah hilang. Itu kan hanya bisa aku gunakan sekali.”
Pyaaarrr!
Peperangan rumah
tangga dimulai lagi.
“Aku memberikan surat ini supaya kamu tanda
tangani! Tapi kenapa kamu tidak menandatanganinya?! Apa karena nanti rumah ini
akan menjadi milikku, makanya kamu tidak mau menandatanganinya, hah?” bentak
ayahnya.
“Rumah ini milik kita bersama,” ucap ibunya
dengan suara yang miris.
Kemudian terdengar suara pipi ditampar. Segera Soo Jung
keluar kamar.
“Ayah! Berhenti!” teriak Soo Jung mendekap ibunya, mencoba
melindungi ibunya yang hendak dipukul lagi.
--------------------
Part 4
“Ayah, sudah gila?! Kenapa ayah mukuli ibu terus?!”
“Apa? Gila?!”
“Soo Jung, jaga ucapanmu, nak,” ucap ibunya menasihati agar
ayahnya tak semakin marah.
“Dulu ayah bilang kalau ibu satu-satunya yang ayah cintai.
Tapi sekarang apa? Ayah, kumohon jangan seperti ini lagi. Ayah ingat kapsul
waktu yang ayah buat bersama ibu dulu? Sekarang ayo kita buka kapsul waktu itu.
Ibu bilang, itu berguna disaat seperti ini,” ujar Soo Jung menahan sesak
didadanya.
“Hh.. Kapsul waktu. Tidak ada gunanya lagi! Kalau kamu tidak
mau aku pukuli lagi, tanda tangani saja surat ini!” suruh ayahnya pada ibunya.
Kemudian dia pergi.
“Ibu, lebih baik ibu tanda tangani surat ini. Aku tidak mau
ibu terluka. Soal rumah, kita bisa menyewa apartemen kecil dengan uang gajiku,”
ujar Soo Jung.
“Tidak bisa, Soo Jung. Kita harus tetap tinggal di sini.
Ibu, kamu, dan ayah kamu.”
“Tapi, bu…”
“Soo Jung. Ibu akan berusaha sebisanya untuk mempertahankan
rumah tangga ini.”
“Kalau begitu, dimana kapsul waktu itu?”
“Maaf, Soo Jung. Ibu lupa. Ibu sudah menggali disemua
halaman, tapi ibu tidak menemukannya.”
y y y
Sudah beberapa hari Soo Jung tidak pulang ke
rumah. Handpone-nya juga tidak aktif. Dia berada jauh dari rumah, karena tidak
mau melihat orang tuanya berkelahi lagi. Walaupun dalam hatinya, dia kasihan
pada ibunya, dan ingin membawanya bersamanya, jauh dari ayahnya. Namun, ibunya
lebih memilih tetap di samping ayahnya. “Bodoh.” Terkadang itu yang Soo
Jung ucapkan untuk ibunya.
Di sebuah desa kecil di Jeju dengan
pemandangan yang masih asri, Soo Jung menghabiskan beberapa hari belakangan di
sana. Dengan uang tabungannya, dia menyewa kamar penginapan. Dia tak berniat
bekerja dulu. Dia ingin menjernihkan pikirannya terlebih dahulu di sana.
Setiap pagi, Soo Jung berkeliling hanya
untuk menghirup udara segar.
“Jung Soo Jung?” panggil seseorang yang
terdengar agak ragu. Mungkin dia takut salah orang.
Soo Jung berbalik. Dia terkejut saat melihat
orang yang memanggilnya adalah Kang Min Hyuk.
“Min Hyuk, oppa?”
“Ah, ternyata betulan kamu. Aku pikir aku
tidak bisa bertemu kamu lagi setelah hari itu. Bagaimana kabarmu?” ucap Kang
Min Hyuk lega.
“Begitulah. Bagaimana bisa kamu ada di
sini?”
“Aku ada project di sini. Hmm.. Sebenarnya
aku tidak dipecat sama ‘orang itu’, karena tepat hari itu, aku sudah
dipindahkan ke departemen lain. Jadi dia tidak punya hak untuk memecatku.”
“Jadi, itu sebabnya kamu bertindak
seenaknya?”
“Bukan begitu. Aku juga sudah kesal dengan
orang itu. Lihat saja, dia tidak akan bekerja sampai tahun depan.”
“Jangan mendoakan orang yang jelek-jelek,”
tutur Soo Jung.
“Kamu tidak marah lagi sama aku, kan?”
“Sebenarnya aku tidak pernah marah sama
kamu.”
“Benarkah? Syukurlah.”
Mereka lalu pindah duduk di bangku yang
berada di bawan pohon.
“Ha Won-a!” panggil Kang Min Hyuk dengan
nada serius.
“Ya?”
“Sebelumnya aku minta maaf kalau aku
lancang. Tapi, apa kamu ada masalah di keluargamu?”
Soo Jung tak langsung menjawab. Dia hanya
menatap Min Hyuk.
“Maaf, aku melihat orang tuamu berkelahi
waktu aku datang ke rumahmu.”
Dia menunduk sebentar, lalu dia mengakat
kepalanya setelah menarik napas dalam-dalam.
“Keluargaku sudah hancur. Aku sudah mencoba
supaya mereka bersatu lagi, tapi aku gagal. Itu sebabnya aku lari ke sini,”
jawab Soo Jung jujur.
“Kamu tidak seharusnya lari. Aku yakin, kamu
bisa menyatukan mereka kembali.”
“Aku sudah mencoba, tapi aku gagal. Kamu
tahu? Aku bahkan sampai pergi ke masa lalu.”
“Masa lalu?”
“Ah, maaf. Kamu pasti tidak percaya.”
Tiba-tiba hujan deras mengguyur. Maklum,
dari pagi tadi awan gelap tidak pergi dari langit.
Kang Min Hyuk dan Soo Jung berlari ke teras
sebuah penginapan yang kebetulan berada di dekat mereka.
“Kamu basah. Ayo ke kamarku. Ada handuk
kering di sana,” ajak Kang Min Hyuk tanpa ada niat buruk.
“Kamu menginap di sini?”
“Kebetulan iya,” jawab Min Hyuk, lalu
menuntun Soo Jung ke kamarnya.
“Lap badanmu,” suruh Kang Min Hyuk memberikan
handuk kepada Soo Jung setelah mereka tiba di kamarnya.
“Aku buatkan teh hangat dulu ya.”
Soo Jung hendak menolak, namun Kang Min Hyuk
keburu pergi ke dapur. Jadi, sambil mengelap badannya yang basah, dia
memperhatikan tempat ruangan itu. Dia melihat-lihat foto yang terpampang di
meja. Foto-foto Kang Min Hyuk, dan…
“Anak kecil ini,” ujar Sung Ha Won lirih
sambil memperhatikan baik-baik foto anak kecil yang tak asing baginya. Ya. Tak
salah lagi. Anak kecil di foto ini adalah anak kecil yang sama yang pernah ia
selamatkan saat dia menjelajah waktu.
“Ini tehnya.” Kang Min Hyuk memberikan
secangkir teh kepada Soo Jung.
Soo Jung menerimanya. “Ini foto siapa?”
tanyanya.
“Itu… aku,” jawab Kang Min Hyuk.
Seketika Soo Jung terdiam. Dengan gugup, dia
meminum teh itu tanpa hati-hati sehingga dia terlonjak karena lidahnya serasa
terbakar.
“Hati-hati, tehnya panas,” ucap Min Hyuk
yang jadi gugup juga. Kemudian dia memberikan tissue dan mengambil cangkir Soo
Jung lalu menaruhnya di meja.
“Jung Shin?!” pekik Soo Jung melihat Jung
Shin yang tiba-tiba masuk ke dalam.
“Anyeong, Jung Soo Jung. Kita ketemu lagi,”
ujar Jung Shin menyapa Soo Jung.
“Oh iya. Waktu itu aku mau kembalikan
kalungmu yang terjatuh. Tiba-tiba dia mengikuti aku. Ini.” Dia memberikan kalung
itu pada Soo Jung. Namun Soo Jung tak langsung mengambilnya.
“Kenapa kamu kasih aku? Kamu tahu kan kalung
itu kalung apa?” tanya Soo Jung.
“Aku tahu. Tapi, aku tidak membutuhkannya.”
“Itu betul, Jung Soo Jung. Dia tidak mau
menggunakannya. Aku sudah bilang kalau kalung ini bukan milikmu lagi, tapi dia
tetap menyimpannya. Tapi, aku senang. Karena aku bisa jalan-jalan ke Jeju,”
ujar Jung Shin menimpali.
“Soo Jung, tadi kamu bilang kalau kamu gagal
menyatukan keluargamu lagi. Itu karena aku, kan? Karena kamu menyelamatkan aku
dari kecelakaan, kan?”
“Min Hyuk oppa…”
Kang Min Hyuk mengulurkan tangan Soo Jung,
lalu memberikan kalung itu, dan menggenggamkannya.
“Aku sudah bertanya pada Jung Shin. Kamu
bisa menggunakan kesempatanku. Kamu bisa kembali ke masa lalu dan cari tahu apa
yang kamu cari,” ujar Kang Min Hyuk.
“Apa maksudmu, kamu menyuruhku
mengabaikanmu?”
Kang Min Hyuk mengangguk pasti. Namun dengan
mata berbinar. “Abaikan aku. Jangan selamatkan aku.”
“Tidak. Aku lebih baik tidak kembali ke
sana. Kalau aku mengabaikanmu, kamu yang sekarang akan menghilang.”
“Aku tahu. Tapi keluargamu lebih penting…
Aku senang bisa bertemu kamu. Aku sangat berterimakasih karena kamu menyelamatkanku
waktu itu. Aku tidak masalah jika kamu tidak menyelamatkanku lagi. Toh,
sebenarnya takdirku cuma sampai umur 7 tahun. Aku bisa sampai diumurku yang
sekarang tentunya karena kamu. Tapi, kamu juga tidak salah kalau aku mati
diumur 7 tahu. Memang seperti itu seharusnya.”
“Oppa…”
“Pergilah ke masa lalu dan abaikan aku.
Kumohon!”
Dengan perasaan yang masih bimbang, Soo Jung
memutar tuasnya setelah memakai kacamata hitam besar yang ia bawa di tasnya. “Ku
mohon, bawalah aku ke masa lalu dimana ayah dan ibuku hendak mengubur kapsul
waktu.” Lagi, Soo Jung merasakan getaran yang sama. Beberapa saat kemudian,
getaran itu berhenti. Soo Jung membuka matanya. Dia kembali lagi di tempat yang
sama. Ayah dan ibunya juga masih berada di tempat yang sama seperti waktu itu.
Soo Jung mengedarkan pandangan ke luar
jendela. Dia melihat beberapa anak bermain di taman yang letaknya di seberang
jalan. Dia melihat Kang Min Hyuk kecil yang sedang bermain bola sendirian tanpa
pengawasan.
Soo Jung segera berdiri saat orang tuanya
hendak pergi. Dia tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Saat dia keluar, Soo
Jung sempat bimbang. Dia harus mengikuti orang tuanya atau menyelematkan anak
kecil yang sekarang sedang berlari menuju jalanan.
Brakkkk….!!!
y y y
Sebelum baca part berikutnya, baca dulu ini
Sebelum baca part berikutnya, baca dulu ini
No comments:
Post a Comment