Bisma
mencari Wenda keliling-keliling Festival. Dia juga mencoba menghubungi Ara dan
Riri untuk menanyakan keberadaan Wenda. Namun, tak ada yang mengangkatnya.
Tentu saja. Sebelumnya, Wenda sempat berpesan pada Ara agar tidak mengangkat
panggilang dari Bisma. Tanpa alasan, Ara sudah mengerti. Kalau Riri, Wenda
tidak perlu menyuruh Riri jangan mengangkat panggilan dari Bisma karena dia
tahu sekarang Riri sedang bersama Rafael. Dan jika Riri bersama Rafael, tak ada
yang boleh mengganggunya.
Karena
dua orang teman Wenda tak mengangkat panggilan darinya, Bisma berniat menelepon
Wenda, namun dia tidak mau membuat sikapnya terlalu jelas kalau dia kurang
memercayainya lagi. Ya, kejadian ini membuat Bisma memikirkan hal-hal yang
membuatnya resah. Dia takut Wenda berpaling darinya. Dia takut Wenda sekarang
bersama pria lain. Dan dia takut kalau pria lain itu adalah Dicky. Intinya, dia
mulai terpancing dengan omongan Nindi.
edededede
Reza memberikan secangkir
teh hangat kepada Wenda setelah tiba di apartemennya. Wenda melihat sekeliling.
Banyak sekali bawang putih tergantung di jendela dan pintu.
“Jadi, apa yang mau kamu
bicarakan?” tanya Wenda. Sedari tadi mereka hanya melihati sup hangat itu.
Reza
menenggak minumannya sekali. “Sebelumnya aku minta maaf. Tapi aku mau tahu
silsilah keluargamu.”
“Apa?”
“Aku mau
tahu cerita tentang foto kakek buyutmu yang pernah aku tanyakan. Ingat?”
“Maksudmu
kakek Kirman?” tanya Wenda memastikan.
Reza
mengangguk. “Iya. Dia tidak bisa kena’ matahari karena apa? Tapi sebelumnya
maaf kalau aku nanya begini.”
Walaupun
Wenda heran tapi dengan senang hati Wenda menceritakan tentang kakeknya.
“Tapi
menurutku itu bukan penyakit. Apa kamu percaya vampir?”
Wendak
tak lantas menjawab. “Apa kamu mau bilang kalau vampir itu ada?”
“Mereka
memang ada. Dan, mau percaya atau tidak, sekarang mereka ada di sekitarmu. Dan
sepertinya yang mengikutimu tadi juga vampir.”
“Apa?!”
tanya Wenda tak percaya.
Kemudian Reza
menceritakan semua tentang vampir, manusia spesial, tanaman marmetu manis, dan
tentang dirinya pula.
“Dan aku sendiri. Aku
bukan vampir. Tapi ayahku adalah vampir yang menikah dengan manusia. Anak yang
lahir dari pasangan vampir-manusia, salah satu dari anak mereka akan menjadi
manusia tapi dia tidak bisa terkena sinar matahari. Seperti kakekmu. Ayahku
bilang, ayah kakek Kirman adalah vampir. Makanya dia bisa seperti itu.”
“Tunggu
dulu. Aku nggak bisa mencerna ucapanmu. Ini nggak masuk akal. Dan kamu bilang
aku manusia spesial?” Wenda semakin tidak mengerti.
“Itu
benar. Manusia spesial adalah tujuh turunan vampir yang menikah dengan manusia.
Dan kamu masih di tujuh keturunan itu, kan?”
Wenda mengangguk. “Tapi
kenapa mama nggak pernah cerita ke aku?”
“Mungkin
mereka mau menjaga nama keluarga atau mereka juga nggak tahu.”
Hening
sejenak.
“Apa
bawang putih ini untuk menangkal vampir?”
“Iya.
Vampir tidak tahan dengan bau bawang putih. Mungkin kamu sudah lihat
apartemennya Ara. Waktu itu, dia diikuti oleh vampir.”
“Tapi
Ara tahu tentang siapa kamu, dan tentang vampir itu?”
“Enggak.
Oh iya, kamu pernah ngira kalau aku temanmu, kan? Apa dia semirip itu denganku?”
Wenda
mengangguk. “Dia murid baru di kelasku.”
Reza
memerhatikan sekeliling terlebih dahulu. “Sepertinya dia saudara kembarku. Tapi
dia bukan manusia.”
“Maksudmu
dia vam...” Wenda tidak melanjutkan ucapannya karena Reza dengan cepat
mengangguk.
“Tapi
difilm-film, vampir tidak bisa kena matahari.”
“Iya, memang, tapi di zaman sekarang, para vampir
berhasil menemukan ramuan yang jika dia meminumnya, dia bisa tahan dari
matahari, tapi ada batas waktunya.”
“Aku
mohon, bantu aku,” pinta Reza.
“Bantu
apa?” tanya Wenda yang masih bertanya-tanya tentang semua yang diucapkan Reza.
“Karena
saudara kembarku ada di kota ini, dan mungkin dia sudah mencurigai kamu sebagai
manusia spesial. Jadi, kamu harus bantu dia mendapatkan marmetu manis. Kalau
perlu, kamu harus ceritakan kelebihan-kelebihan marmetu manis atau lebih-lebih
kan lagi. Pokoknya, jangan terima bantuan vampir lain. Kamu harus bisa buat
saudaraku mendapatkan marmetu manis.”
Tiba-tiba
Wenda teringat ucapan Madam Ros. “Sebenarnya,
aku bukan orang yang mudah memberitahukan penglihatanku tanpa imbalan. Tapi,
khusus untuk kamu, ini berbeda. Kamu harus berhati-hati dengan orang-orang yang
tiba-tiba mendekatimu.”
“Kenapa
aku harus bantu dia?” tanya Wenda. Walaupun masih belum memercayai ucapan madam
Ros, tapi dia merasa harus waspada.
Reza
menerawang wajah Wenda, kemudian berkata, “mungkin kamu harus tahu ini supaya
kamu mau membantuku. Sebenarnya, bagi vampir yang mempunyai saudara kembar
manusia, dia bisa mendapatkan kekuatan kekal dengan meminum darah saudara
kembarnya.”
“Apa?!”
pekik Wenda.
“Makanya,
jika dia tahu tentang ini, dia pasti mengincarku.”
“Lalu
aku? Apa dia nggak mengincarku?”
“Tidak.
Dia hanya butuh kemampuanmu, bukan darahmu, apalagi nyawamu. Justru vampir akan
melindungimu, karena kamu spesial bagi mereka.”
edededede
“Semalam
kamu pergi kemana?” tanya Ara pagi harinya di sekolah.
“Ke
Festival Starlitnight,” jawab Wenda tanpa mau mrnceritakan lebih lanjut,
terlebih tentang dia yang pergi ke apartemen.
“Sendirian?”
“He-em.”
“Kak
Bisma itu orangnya baik. Kenapa sih kamu kayak nggak seneng pacaran sama kak Bisma?
Apa kamu punya gebetan lain?”
“Ara,”
tegur Wenda pelan.
“Iya,
iya. Maaf.
Diam
sejenak. “Tadi malam kak Bisma nelpon.”
“Trus
kamu angkat?” tanya Wenda spontan dengan cepat.
Ara
menggeleng.
Bertepatan
dengan itu, Riri datang. Dia langsung menaruh tasnya di kursinya, lalu
menghampiri Wenda yang duduk di kursinya sendiri.
“Wen,
semalem kak Bisma nelpon aku. Emang kenapa sih?” tanya Riri yang tak tahu
permasalahan hati antara Bisma dan Wenda.
“Kamu
angkat, nggak?” tanya Wenda dengan ekspresi yang sama seperti tadi.
“Enggak,”
geleng Riri. “Soalnya aku lagi sama kak Rafa sih.”
Wenda
menghela napas. Persis seperti dugaannya, Riri tidak akan mau diganggu kalau
sedang bersama Rafael.
edededede
--------------
*Bersambung*
No comments:
Post a Comment