Sunday, July 3, 2016

[Cerbung] Marmetu Manis part 13



Cuplikan Part Sebelumnya


            Mereka akhirnya tiba disebuah restoran yang cukup mewah. Restoran ala Italia yang menyajikan berbagai macam makanan khas Italia. Wenda sempat tercengang melihat interior restoran yang sangat bagus nan mewah. Wenda sempat bertanya-tanya, seberapa kayak Dicky sampai mengajaknya makan di sini. Bisma saja yang juga terbilang kaya tidak pernah mengajaknya makan di sini. Ah, itu karena Wenda tidak tahu saja kalau Bisma mengikuti gaya sederhananya.

            “Mau makan apa?” tanya Dicky pada Wenda. Mereka sama-sama memegang buku menu.

            “Terserah kamu aja,” jawab Wenda menelan ludah karena shock melihat harga makanan per porsinya.

            “Kalau begitu spagheti saus tiram dua. Dan untuk minumannya lemon juice aja.”

            Pelayan itu pun kembali ke belakang setelah mencatat pesanan Dicky.


            Dari bangku lain segerombol orang sedang memperhatikan mereka.


Part 13 Marmetu Manis

            “Girls, itu Wenda, kan?” tanya Nindi pada Lutfi dan Atika.

            “Iya, itu Wenda, tapi siapa yang bareng dia ya? Kayak bukan Bisma.”

            “Bukannya itu murid baru di kelas X yang masuk olimpiade bareng Bisma itu?” tebak Lutfi yang tepat sasaran.

            “Oh iya! Kenapa mereka makan berdua? Jangan-jangan...” belum sempat Atika melanjutkan ucapannya, Nindi sudah memotognya.

            “Girls, aku punya rencana,” ucapnya seraya tersenyum licik.

            “Rencana apa?”

edededede

            Bisma berada di ruang OSIS sendirian. Dia sedang memeriksa laporan yang dikerjakan oleh anggota OSIS mengenai kegiatan yang akan diselenggaran bulan depan.

            Tak lama kemudian, seseorang masuk.

            “Pangsitnya ada, Tom?” tanya Bisma. Tadi dia memesan pangsit pada Tom.

          “Nindi?” heran Bisma saat orang yang masuk bukan Tomy, melainkan Nindi. “Ngapain kamu kesini?”

            “Emangnya yang bukan pengurus OSIS nggak boleh kesini?”

            “Bukannya begitu... Ada urusan apa sih?”

            “Enggak. Cuma mau tanya aja. Kamu cinta banget ya sama Wenda?”

        “Kenapa tanya begitu? Jawabannya udah jelas. Aku cinta banget sama dia,” jawab Bisma dengan agak kesal karena dia malas berurusan dengan Nindi. Bisma tidak suka sikap Nindi yang kegatelan. Dia tahu kalau selama ini Nindi menginginkannya, dan menginginkan cowok-cowok populer lain.

            “Ck ck ck.” Wenda berdecak seraya menggelengkan kepalanya. “Mendingan putusin dia aja deh. Dia itu cuma mau manfaatin kamu. Sebenarnya dia nggak cinta sama kamu. Dia mau pacaran sama kamu karna mau ngangkat popularitasnya dia aja.”

           Kekesalan Bisma karena Nindi menjelek-jelekkan Wenda membuat Bisma naik darah, namun dia tidak bisa melakukan apa-apa karena Nindi adalah perempuan. Jika saja dia laki-laki, pasti sudah babak belur dihajarnya.

“Jangan asal ngomong ya! Wenda bukan orang yang kayak gitu. Kalau tujuanmu kesini untuk memfitnah Wenda kayak gitu, kamu nggak bakal bisa bikin aku percaya.” Bisma beranjak dari duduknya menuju keluar.

“Kalau nggak percaya, lihat ini!” Segera Wenda menunjukkan foto di HP-nya tepat dihadapan Bisma.

“Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau kemarin mereka makan bareng.”

edededede

            Jam istirahat, Wenda keluar dari kamar mandi setelah mencuci tangan. Saat keluar, tiba-tiba dia menabrak seseorang. Dia adalah Mulda. Dia mengenakan seragam yang sama dengan Wenda.

            “Maaf.  Saya nggak sengaja,” ucap Wenda  meminta maaf.

            “Enggak apa-apa.”

            “Kalau begitu… saya permisi.” Wenda pun pergi.

            Sementara itu, Mulda  termenung. Dia seorang vampire yang mempunyai kepekaan tinggi. Dan dia merasakan aura berbeda pada Wenda.

edededede

            Sepulang sekolah, Wenda dan Riri pergi ke rumah Ara untuk belajar bersama.

            “Apaan nih, Ra? Bawang putih? Untuk apa?” tanya Riri heran saat melihat beberapa bawang putih yang tergantung di pintu dan jendela.

            “Hehehe… Aku nggak tahu buat apa. Aku ngikut aja apa kata Reza,” jawab Ara.

            “Siapa itu, Ra?” tanya Riri.

            “Cowok sebelah itu ya?” tebak Wenda yang tepat sasaran.

            Ara menganggung sambil tersenyum malu.

            “Ya ampun, cowok sebelah itu? Iya, iya, waktu itu Wenda pernah cerita kalau kamu naksir cowok di kamar sebelah… Jadi, ceritanya sekarang kamu udah deket  nih sama dia?” goda Riri sambil menyenggol Ara.

            “Ih, apaan sih, Ri. Nggak gitu juga. Cuma…”

            “Cuma apa?” goda Riri lagi.

           “Udahlah, Girls. Nggak usah ngomongin cowok lagi. Kita ke sini kan tujuannya mau belajar,” tutur Wenda.

            “By the way, waktu Dicky nyelametin kamu, gimana perasaanmu?” tanya Riri. Sekarang giliran Wenda yang digodanya.

            “Perasaan apa?” tanya Wenda.

            “Udahan deh main-mainnya, Ri. Waktunya belajar!” Gantian Ara yang menegur.

            “Aku nggak main-main. Aku cuma nanya,” sahut Riri membela diri.
edededede

            Dari tadi Bisma mencoba untuk tidur, namun ia tak bisa memejamkan matanaya. Dia kepikiran kalimat Nindi yang terakhir.

            “Kamu dan Dicky nggak jauh beda. Kalian sama-sama punya wajah tampan, pandai, kaya dan punya daya tarik. Mungkin setelah Dicky kelas dua, dia akan seperti kamu. Banyak junior yang mengagumi. Tapi, sepertinya dia sudah hampir sepertimu soal ke populerannya. Dari yang aku lihat, banyak siswi kelas X yang mengagumi dia. Dan salah satunya Wenda. Dia itu cuma mau manfaatin kamu. Jahat, ya dia orangnya.”

            Bisma bangun dan menuju ke balkon. Ditatapnya langit malam. Cahaya rembulan membuat suasana malam tak begitu gelap.

“Aku yakin Wenda bukan orang yang kayak gitu,” batinnya. Mencoba tidak mempercayai Nindi.

edededede

            Di ruangan yang gelap dengan sebuah pencahayaan yang remang-remang, seperti biasa tiga vampire berkumpul.

            “Aku rasa aku nemuin dia,” ujar Mulda memberitahu.

            “Siapa dia?” tanya Ham.

          “Namanya Pawenda Putri W.,” jawab Mulda. Dia tahu nama Wenda karena dia sempat melihat tag nama di baju Wenda. “Apa kamu kenal,, Ham?”

            “Berapa anak yang punya nama kayak itu?” tanya Rangga.

           “Aku nggak tahu ada orang lain yang punya nama kayak itu atau nggak. Tapi, aku tahu seorang siswi yang punya nama kayak itu. Kami sekelas.”

            “Kalau gitu, besok kita lihat sama-sama, apa orang yang aku maksud sama dengan orang kamu kenal.”

edededede

--------------

*Bersambung*

No comments:

Post a Comment